Jakarta – Indonesia bakal menyelenggarakan pesta demokrasi lima tahunan, Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 pada 14 Februari nanti. Sebagai sebuah peristiwa politik, ajang pemilu tentunya berpotensi memberikan dampak terhadap bidang ekonomi, seperti salah satunya adalah sektor pasar modal.
Namun begitu, menurut Equities Specialist DBS Group Research Maynard Arif, kemungkinan Pemilu 2024 bakal berdampak terhadap pasar modal Indonesia sangatlah minim sekali. Bahkan, ia katakan bahwa pasar modal nasional akan tetap berada pada tren positif, seperti saat pemilu-pemilu sebelumnya.
“Menurut kita, kalau untuk saham atau obligasi ada dampak dari pemilu tapi kalau lihat dari tren beberapa bulan terakhir setelah kampanye mulai pun reaksi pasar ya gitu-gitu aja. Tidak ada dampak negatif,” ujar Maynard pada sebuah talk show bertajuk “Smart Talk: Shifting Currents” yang diadakan oleh Bank DBS di Jakarta, Rabu, 24 Januari 2024.
Baca juga: Investor Pasar Modal Diyakini Tumbuh 10 Persen, Ini Sederet Pendorongnya
“Secara keseluruhan, kalau kita lihat pemilu tiga terakhir, IHSG saat tahun pemilu cenderungnya positif, walaupun pada tahun 2019 positifnya sedikit banget cuma naik 2 persen sampai 3 persen,” tambahnya.
Ia lebih lanjut menjelaskan bahwa tidak terlalu berdampaknya tahun pemilu pada pasar modal dikarenakan para investor pasar modal sudah mengetahui profil atau track record daripada masing-masing kandidat bakal calon presiden dan kondisi sosial politik pada setiap penyelenggaraan pemilu.
Namun, hal ini akan berbeda pada investor di sektor lain, seperti foreign direct investment (FDI) atau investasi pada proyek-proyek besar berskala nasional.
Ini dikarenakan adanya potensi perubahan kebijakan tertentu dari calon pemimpin baru terhadap suatu proyek investasi jangka panjang. Sementara itu, terkait dengan dampak dari beberapa pemilu di negara lain yang juga diadakan pada tahun ini, Maynard mengatakan bahwa hal tersebut berpotensi memengaruhi iklim investasi di Indonesia.
Baca juga: Pasar Obligasi 2024 Diproyeksi Tetap Kuat, MAMI Beberkan Penopangnya
“Itu bisa jadi (berpengaruh) dari faktor geopolitis. Ada pemilu di Amerika saya kira yang penting di semester 2, mungkin akan ada pertanyaan apakah Donald Trump akan jadi presiden lagi atau tidak. Ini memang dilema kalau Donald Trump jadi presiden lagi, nanti market-nya AS lagi yang bakal bagus, mengingat dua tahun terakhir market AS juga lagi bagus. Jadi, itu bisa jadi faktor di semester kedua,” pungkasnya.
Di samping itu, pihaknya pun memprediksi ada tiga sektor investasi yang bakal tumbuh hingga di atas 10 persen pada tahun ini, yakni sektor teknologi, komunikasi, dan konsumer goods. (*) Steven Widjaja
Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat peningkatan biaya pendidikan yang signifikan setiap tahun, dengan… Read More
Jakarta - Koordinator Aliansi Masyarakat Tekstil Indonesia (AMTI) Agus Riyanto mengapresiasi langkah cepat Presiden Prabowo… Read More
Jakarta - Kandidat Presiden Amerika Serikat, Kamala Harris dan Donald Trump, saat ini tengah bersaing… Read More
Jakarta - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tengah menggodok Peraturan Pemerintah (PP) perihal hapus tagih… Read More
Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan rata-rata upah buruh di Indonesia per Agustus 2024… Read More
Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada hari ini (5/11) berakhir ditutup pada zona… Read More