Jakarta – Pada pembukaan perdagangan pagi ini pukul 9.00 WIB (4/9) indeks harga saham gabungan (IHSG) kembali dibuka pada zona hijau ke level 6991,72 atau menguat 0,20 persen dari level 6977,79 pada perdagangan hari ini.
Berdasarkan statistik RTI Business pada perdagangan IHSG hari ini, sebanyak 328 juta saham diperdagangkan, dengan frekuensi perpindahan tangan sebanyak 22 ribu kali, serta total nilai transaksi tercatat mencapai Rp186 miliar.
Baca juga: IHSG Pekan Ini Diproyeksi Sideways Cenderung Melemah, Sentimen Berikut jadi Pemicu
Kemudian, tercatat di perdagangan IHSG hari ini, terdapat 106 saham terkoreksi, sebanyak 189 saham menguat dan sebanyak 270 saham tetap tidak berubah.
Sebelumnya, Head of Retail Research Analyst BNI Sekuritas, Fanny Suherman memprediksikan, bahwa IHSG masih akan mencoba untuk break di atas level 7.000 pada hari ini, dengan level support berada di rentang 6.920-6.950 dan resistance 7.000-7.020.
“Pada Jumat lalu (1/9) indeks Dow Jones Industrial Average ditutup menguat sebesar 0,33 persen, begitu juga dengan S&P 500 yang naik sebesar 0,18 persen, sementara di sisi lain indeks Nasdaq terkoreksi tipis sebesar 0,02 persen,” ucap Fanny dalam risetnya di Jakarta, 4 September 2023.
Lalu, non-farm payroll AS pada Agustus 2023 telah mencapai 187.000 yang berada di atas perkiraan, dimana pada bulan yang sama tingkat pengangguran tercatat sebesar 3,8 persen di atas ekspektasi.
Baca juga: IHSG Sempat Sentuh Level 7.000, Ini 3 Sektor Pendongkraknya
Adapun, sebagian besar bursa di kawasan regional Asia Pasifik pada perdagangan Jumat lalu menguat, di antaranya adalah bursa China dan Kospi, hal itu ditopang oleh Caixin Manufacturing PMI China yang mencapai 51,0 pada Agustus 2023, meningkat dibandingkan bulan sebelumnya.
Sentimen lainnya, datang dari People Bank of China menyatakan akan mengurangi rasio persyaratan cadangan devisa untuk lembaga keuangan sebesar 200 basis poin mulai 15 September 2023.
Hal tersebut bertujuan meningkatkan perekonomian. Sementara itu, Indonesia mengumumkan inflasi Agustus 2023 sebesar 3,27 persen yoy berada di bawah ekspektasi. (*)
Editor: Galih Pratama