Categories: Analisis

Menembus Ketidakpastian

Ancaman inflasi , nilai tukar, El Nino, dan harga bahan bakar minyak (BBM)  menyertai perekonomian Indonesia. Larinya dana asing dan seretnya capital inflow melengkapi penderitaan ekonomi Indonesia.Apa yang harus dilakukan perbankan? Eko B. Supriyanto

Jakarta–Kondisi ekonomi tetap tidak menentu. Penundaan kenaikan suku bunga oleh The Federal Reserve (The Fed) menimbulkan ketidakpastian bagi perekonomian global. Kecemasan tetap saja berlangsung entah sampai kapan. Sementara itu, nilai tukar rupiah seperti diungkapkan Gubernur Bank Indonesia (BI) menuju keseimbangan baru, meski rupiah sendiri sudah under value.

Bank-bank sudah membuat stress test ketika rupiah pada posisi Rp16.000 per US$1 dan kolektibilitas 2 diturunkan ke kolektibilitas 5 alias macet. Jadi, jika posisi rupiah masih Rp15.000 per US$1, setidaknya bank-bank masih relatif aman. Namun, jika posisi rupiah pada angka Rp16.000 per US$1, ada beberapa bank yang perlu menambah modal.

Perlambatan pertumbuhan ekonomi pada tahun ini tentu berbeda dengan kondisi krisis 1998 dan 2008. Tahun ini masih ada pertumbuhan, tapi memang melambat karena pertumbuhan ekonomi global juga melambat. Ekonomi Indonesia boleh jadi agak ajaib. Ketika ekonomi Amerika Serikat (AS) remuk pada 2007/2008, Indonesia terkena imbasnya. Dan, ketika ekonomi AS membaik, Indonesia juga terkena pengaruh buruknya. Struktur ekonomi Indonesia inilah yang perlu dirombak.

Saat ini kondisi penuh ketidakpastian, ketidaktahuan akan kerentanan pasar keuangan global, khususnya Tiongkok dan masalah geopolitik dunia. Kita semua juga sudah tahu tentang proyeksi harga minyak dan komoditas yang rendah. Bahkan, kita juga tahu akan ada kebijakan oleh The Fed yang akan melakukan normalisasi kebijakan, tapi tidak semua tahu kapan akan dilakukan. Makin tidak dilakukan, tentunya makin penuh ketidakpastian.
Kompleksitas masalah meningkat. Soal produk domestik bruto (PDB), ancaman El Nino, ekspor yang menurun, kredit yang melandai, serta target pajak yang sulit dicapai dan belanja modal yang minim menjadi tekanan terhadap PDB. Bahkan, defisit neraca pembayaran juga menganga. Ancaman itu bersumber dari penurunan PDB, ekspor, risiko penurunan ekonomi Tiongkok, dan rendahnya harga komoditas.

Ancaman inflasi akibat kenaikan tarif dasar listrik (TDL), nilai tukar, El Nino, dan harga bahan bakar minyak (BBM) juga menyertai perekonomian Indonesia. Larinya dana asing dan seretnya capital inflow melengkapi penderitaan ekonomi Indonesia.

Sementara itu, kondisi perkreditan, selain melambat pertumbuhannya, kualitasnya memburuk. Ada kenaikan non performing loan (NPL) gross menjadi 2,56% dari bulan sebelumnya 2,42%. Sektor perdagangan besar, industri pengolahan pertanian, konstruksi, dan pertambangan mengalami kenaikan. Bank-bank sedang menjaga kualitas kreditnya.

Lebih menjadi perhatian lagi, daerah-daerah yang selama ini “gemah ripah loh jinawi” alias makmur, seperti Riau dan Kalimantan Timur serta Aceh, pertumbuhan ekonominya memasuki zona merah. Begitu pun dengan Papua Barat, yang juga merah. Wajar saja karena daerah-daerah ini bergantung pada komoditas batu bara dan kelapa sawit. Sebaliknya, daerah-daerah di Sulawesi masih berada dalam zona hijau, artinya ekonominya masih tetap tumbuh dengan baik, termasuk di Jawa, kendati mengalami sedikit penurunan.(ke halaman selanjutnya)

Page: 1 2

Apriyani

Recent Posts

Pertamina Geothermal Energy Gandeng Ecolab Tetapkan Tolok Ukur Baru Kinerja Energi Bersih

Poin Penting Ecolab dan PGE meluncurkan teknologi 3D TRASAR™ dengan Flow2Max® untuk mengoptimalkan produksi energi… Read More

2 hours ago

Daftar 5 Saham Pendorong IHSG Selama Sepekan

Poin Penting IHSG menguat 1,46 persen ke 8.632,76, mendorong kapitalisasi pasar BEI naik 1,39 persen… Read More

12 hours ago

OJK Tuntaskan Penyidikan Dugaan Tindak Pidana Kredit Fiktif di Bank Kaltimtara

Poin Penting OJK dan Polda Kalimantan Utara menuntaskan penyidikan dugaan tindak pidana perbankan di Bank… Read More

12 hours ago

Rapor Bursa Sepekan: IHSG Naik 1,46 Persen, Kapitalisasi Pasar Tembus Rp15.844 Triliun

Poin Penting IHSG naik 1,46 persen ke level 8.632,76, diikuti kenaikan kapitalisasi pasar 1,39 persen… Read More

13 hours ago

Bank Aladin Syariah Gandeng Halodoc Dukung Kesejahteraan Nasabah Lewat Kolaborasi Digital

Poin Penting Bank Aladin Syariah berkolaborasi dengan Halodoc untuk memberikan manfaat tambahan layanan kesehatan bagi… Read More

15 hours ago

Bank Mantap dan MAI Berkolaborasi Salurkan Bantuan untuk Korban Bencana di Sumatra

Poin Penting Bank Mantap dan MAI menyalurkan bantuan untuk korban banjir dan longsor di berbagai… Read More

16 hours ago