Jakarta – Saham perbankan di tahun 2018 diprediksi masih menarik, seiring dengan perbaikan ekonomi yang masih terus berjalan.
Analis senior Binaartha Securities, Reza Priyambada mengatakan, aktivitas ekonomi masyarakat yang cenderung meningkat diharapkan juga berimbas positif pada kinerja perbankan untuk menunjang aktivitas tersebut.
“Meski di tahun 2017 hingga Oktober data BI menunjukan pertumbuhan kredit rata2 hanya 4%an namun, beberapa bank secara individual mampu melampaui pertumbuhan tersebut karena adanya nasabah loyal dan keep maintenance dengan nasabah sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan kreditnya,” jelas Reza kepada Infobank, Jumat, 5 Januari 2018.
Sekedar informasi, konsistensi pergerakan Indeks acuan saham perbankan (Indeks infobank15) sampai dengan dipenghujung akhir tahun atau sampai November 2017 boleh dibilang sangat memuaskan.
Pasalnya, jika dibandingkan dengan indeks-indeks saham di lantai bursa, pertumbuhan Indeks infobank15 secara year to date (YTD) paling besar yakni hingga 32,54%. Disusul sektor finance atau keuangan sebesar 29,18% dan Indeks Sri-Kehati 17,08%. Sementara Indeks saham unggulan atau blue chips (Indeks LQ45) hanya tumbuh 12,16% dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 12,37%.
Berdasarkan data Biro Riset Infobank, sampai November 2017, posisi Indeks infobank15 berada di level 813,54. Sebelumnya di posisi akhir tahun 2016, level indeks acuan saham perbankan ada di level 613,80.
Kencangnya laju Indeks infobank15 ditopang oleh saham-saham bank besar seperti PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI).
Analis Recapital, Kiswoyo Adi menambahkan, untuk tahun 2018 sendiri saham bank tersebut diatas masih menarik untuk dikoleksi. Adapun harga wajar saham BBCA disebutnya tahun 2018 di kisaran Rp25.000, BBRI di Rp4.500, BMRI di Rp8.500, dan BBNI di Rp10.000.
Saham bank unggulan atau yang memiliki kapitalisasi pasar besar bisa jadi pilihan investasi, mengingat Bank besar selalu menghasilkan laba dan membagikan dividen.
Namun sebelum mengambil keputusan dalam memilih saham bank yang diinginkan, Investor perlu kembali melihat secara history harga saham bank secara periodik dan melihat kondisi fundamental perusahaan.
“Kami melihat peluang harga saham naik di semester I lebih tinggi, dibandingkan semester II 2018. Hal ini karena situasi pilkada tahun depan memiliki aroma pilpres. Disarankan jual harga saham di semester II jika sudah naik tinggi,” jelas Kiswoyo. (*)
Jakarta - Pada pembukaan perdagangan pagi ini pukul 9.00 WIB (6/11) Indeks Harga Saham Gabungan… Read More
Jakarta - MNC Sekuritas melihat pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) secara teknikal pada hari… Read More
Jakarta - Presiden Prabowo Subianto resmi menandatangani Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 47 Tahun 2024 tentang… Read More
Suasana saat konferensi pers saat peluncuran Asuransi Mandiri Masa Depan Sejahtera di Jakarta. Presiden Direktur… Read More
Jakarta - PT. Bank Pembangunan Daerah (BPD) Nusa Tenggara Timur (Bank NTT) resmi menandatangani nota… Read More
Jakarta – Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2024 tercatat sebesar 4,95 persen, sedikit melambat dibandingkan kuartal… Read More