Kedua, salah satu tolok keberhasilan sektor maritim yang menjadi acuan dunia adalah infrastruktur maritim berupa kapal dan pelabuhan. Melihat masih besarnya potensi sektor kelautan, terlebih dengan moratorium ijin kapal asing, maka industri kapal nasional harus didukung untuk menjadi tulang punggung bagi penambahan kapal nasional, baik kapal tangkap, kapal barang maupun kapal penumpang.
Ketiga, lanjut dia, kekayaan alam Indonesia di laut sangat melimpah, termasuk cadangan Migas yang belum di eksplorasi 75% berada di laut. Mengingat risiko yang besar dan biaya investasi yang tinggi, sudah seharusnya Pemerintah memberikan kemudahan dan tawaran investasi serta dukungan perbankan untuk meningkatkan investasi laut.
“Berdasarkan data dari Badan Koodinasi Penanaman Modal, baik PMA maupun PMDN mayoritas menanamkan investasinya di sektor berbasis darat,” ucapnya.
Keempat, masih sedikitnya pendidikan tinggi yang berkualitas yang fokus pada maritim, maka pendirian perguruan tinggi negeri yang baru hendaknya diarahkan ke sektor maritim, begitu pula penambahan jurusan di perguruan tinggi yang ada dapat diarahkan ke sektor maritim.
“ITS sebagai perguruan tinggi terbesar di sektor maritim dan memiliki fasilitas laboratorium hidrodinamika terbesar di Asia Tenggara hendaknya dapat dijadikan Pemerintah sebagai pusat riset maritim nasional dan menjadi rujukan bagi pengembangan jurusan maritim di berbagai kampus di tanah air,” paparnya.
Lalu kelima, laut identik dengan ketersediaan energi terbarukan yang melimpah dan diperkirakan menyimpan potensi lebih dari 200.000 Megawatt. Maka riset berskala industri di sektor energi terbarukan berbasis laut hendaknya menjadi prioritas Pemerintah, dan penyediaan listrik kedepan harus fokus pada energi terbarukan, termasuk potensi energi laut. (*)