HARI Kamis, tanggal 21 Januari 2021, Bank Rakyat Indonesia (Bank BRI) akan menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB). Salah satu agendanya adalah akan mengesahkan perubahan susunan pengurus. Salah satu direksi yang akan diganti adalah Wisto Prihadi. Pergantian Wisto Prihadi, karena tidak lulus fit & proper test oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Sementara Dwi Ria Latifa, komisaris yang juga tidak lulus fit & proper test diajukan kembali oleh Direksi BRI.
Menurut sumber Infobank, ada beberapa skenario yang akan terjadi. Pertama, adalah hanya akan mengisi posisi lowong yang ditinggalkan oleh Wisto Prihadi. Sementara Dwi Ria Latifa masih akan menjadi komisaris meski proses ulang fit & proper testnya sebenarnya bermasalah, karena seolah-olah berkasnya belum lengkap. Mana mungkin, OJK akan mengetes calon jika berkasnya belum lengkap.
Siapa pengganti Wisto? Ada disebutkan tiga nama yang terdengar nyaring. Satu, Vivi Diah, Kepala Divisi Subsidiary Bisnis Manajemen. Dua, Retno Wijayanti, SEVP dan Linasari, SEVP Corporate Banking. Tiga calon itu setidaknya sudah ditangan komisaris dan Kantor Kementerian BUMN.
Semua wanita, bisa jadi ini karena membaca arahan dari Erick Thohir. Dari tiga nama itu, diperoleh satu nama yang mengerucut, kemungkinan nama Vivi Diah yang akan menggantikan Wisto Prihadi. Nama Vivi Dyah Ayu Kumalasari (43) yang masih berusia lebih muda dari calon Retno dan Linawati yang sudah berusia di atas 50 tahun. Selain itu juga Vivi termasuk yang dijagokan direksi karena masih muda atau milenial.
Posisi Vivi akan menggantikan posisi Wisto Prihadi sebagai direktur kepatuhan. Namun bisa jadi juga akan terjadi perubahan nomenklatur masing-masing direksi. Vivian Kumalasari ini alumnus Institut Pertanian Bogor (IPB) sama seperti Direktur Utama dan Wakil Direktur Utama Bank BRI. Vivian juga bergelar MBA dari University of Rochester — Simon Business School, New York, USA.
Sementara itu skenario kedua, disebut-sebut juga akan terjadi perubahan tidak hanya 1 direksi, tapi juga beberapa direksi. Namun sumber Infobank sampai sore ini (20/1) menyebut, pada RUPSLB Bank BRI ini belum akan dilakukan seperti perombakan besar yang terjadi pada RUPSLB Bank BNI, September 2020 lalu.
Hasil RUPSLB Bank BNI tidak hanya mengganti Anggoro E. Cahyo, tapi mengganti lebih dari lima direksi. Artinya, susunan direksi yang sekarang ini belum angkat koper dari lantai 17 atau 18 di mana ruang direksi berada. Tapi, tidak tahu kalau menjelang RUPSLB terjadi perubahan seperti dalam RUPSLB di bank-bank BUMN sebelumnya. Pada menit-menit terakhir terjadi perubahan. Sumber Infobank tidak bisa memastikan itu.
Pergantian Wisto Prihadi sebelumnya sempat menjadi pembicaraan publik, karena menggunakan pemberhentian sementara dan tidak menggunakan RUPS. Seperti dikutip dari Mikail Mo, Peneliti dari The Asian Institute for Capital Market & Investment (Menjelang RUPSLB BRI: Wisto Prihadi dan Dwi Ria Latifa Diperlakukan Beda Ketika Tak Lulus Fit & Proper Test).
Pemberhentian sementara juga tidak pas jika menggunakan POJK No. 33/POJK.02/2014 tanggal 8 Desember 2014. Ketentuan ini hanya berlaku bagi anggota direksi perusahaan emiten yang sudah mendapatkan persetujuan regulator. Sedangkan Wisto Prihadi statusnya baru calon direksi (tidak lulus uji kepatuhan) atau belum definitive.
Jadi, aturan yang berlalu seharusnya SE OJK 39 Tahun 2016 – pemberhentian hanya bisa dilakukan lewat RUPS. Namun RUPSLB Bank BRI yang akan berlangsung 21 Januari 2021 tetap menggunakan dasar POJK No.33/POJK.02/2014. Dan, Wisto diminta datang sebelum RUPSLB berlangsung untuk melakukan hak jawab.
Menurut undangan RUPSLB yang diumumkan, selain agenda perubahan susunan pengurus, ada empat agenda lain. (1) persetujuan Anggaran Dasar Perseroan,(2) Pengukuhan Pemberlakuan Peraturan Menteri BUMN RI No:PER-08/MBU/12/2019, tanggal 12 Desember 2019 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa BUMN. (3) Pengukuhan Pemberlakuan Peraturan Menteri BUMN RI No;PER-11/MBU/11/2020, tanggal 23 November 20220 tentang Kontrak Manajemen dan Kontrak Manajemen Tahunan BUMN. (4) Persetujuan atas Pengalihan Saham Hasil Pembelian Kembali Saham (buyback) yang disimpan sebagai saham treasury.
Menurut laporan keuangan Bank BRI per September 2020, aset total Bank BRI (konsolidasi) mencapai Rp1.447,85 triliun, atau naik 10,9% jika dibandingkan periode yang sama tahun 2019 lalu. Pertumbuhan aset lebih banyak dipengaruhi oleh pertumbuhan dana. Meski aset tumbuh 10,9%, tapi laba BRI anjlok 42,9% untuk konsolidasi, dan 43,9% untuk BRI saja. Laba dari Rp24,8 triliun anjlok menjadi Rp14,15 triliun.
Penurunan laba itu karena salah satunya pendapatan bunga yang turun. Angka net interest margin (NIM) turun menjadi 5,75% dari angka 7,02%. Posisi NPL Bank BRI tetap terjaga dengan angka NPL-net sebesar 0,78%, atau turun dari periode sebelumnya 1,13%. Namun yang perlu diperhatikan dengan seksama, karena efek panas COVID-19, loan at risk (LAR) Bank BRI melonjak menjadi 29,76%, atau melonjak dibandingkan awal COVID-19 (Maret 2020) yang baru 12,93%. Sektor UMKM terkena dampak, dan BRI pun kena efek langsung yang tidak ringan.
Sementara dilihat dari posisi LAR BRI jika dibandingkan dengan bank-bank BUKU IV, seperti Mandiri (LAR-nya 22,91%), Bank BNI (LAR-nya 28,01%) dan BCA (LAR-nya 18,53%), LAR BRI terbesar. (*)