News Update

Melambat di 2018, Pasar Asuransi Asia Diprediksi Bisa Bangkit

Jakarta – Menurut proyeksi Allianz Research, volume premi asuransi global tahun lalu naik menjadi 3.655 miliar euro (tidak termasuk asuransi kesehatan). Dibandingkan dengan 2017, kenaikan nominal yang telah disesuaikan dengan efek nilai tukar adalah 3,3%.

Ini adalah tahun ketiga berturut-turut (atau ke-12 dari 15 tahun terakhir) bahwa pertumbuhan premi global tertinggal dari ekspansi kegiatan ekonomi (+ 5,7% pertumbuhan nominal pada 2018).

Penetrasi asuransi (premi sebagai persentase dari PDB) telah turun menjadi 5,4% – angka terendah dalam 30 tahun terakhir.

“Kita dihadapkan pada situasi yang sulit,” ujar Michael Heise, Chief Economist Allianz SE, di Jakarta, Kamis, 11 Juli 2019.

Ia melanjutkan, hal ini juga merupakan tahun yang tidak biasa untuk Asia, dima a Premi naik sangat sedikit yaitu 2,3% (tidak termasuk Jepang).

Kondisi ini merupakan kedua kalinya Asia tertinggal di belakang pertumbuhan global sejak pergantian milenium. Bahkan, lanjitnya dengan kenaikan 4,0% ini, Jepang masih tumbuh lebih cepat.

Hasilnya pada tahun 2018, Asia hanya menyumbang 16% dari pertumbuhan global (setelah 81% pada 2017). Mesin pertumbuhan global untuk 2018 adalah dua pemain lama, AS (42%) dan Jepang (11%).

Penyebab kinerja yang kurang maksimal ini mudah ditentukan, menyusutnya pasar asuransi jiwa di Tiongkok dan Korea pada 2018 yang menyumbang 40% dari total kumpulan premi regional (tidak termasuk Jepang). Di Tiongkok, ini terutama disebabkan oleh penegakan peraturan terhadap perantara asuransi yang menjual produk wealth management.

“2018 tidak menandai akhir dari kisah pertumbuhan Asia,” kata Michaela Grimm, ekonom di Allianz Research.

Sebaliknya, pengawasan yang lebih ketat di Tiongkok disambut baik, menandakan fase selanjutnya dari pembangunan yang lebih seimbang dan berkelanjutan.

Ditambah dengan kemajuan teknologi yang menakjubkan di pasar. Ini adalah pelopor yang jelas dalam penerapan AI atau solusi pembayaran inovatif.

“Tiongkok adalah pasar yang harus diperhatikan. Ini adalah tempat terbaik untuk belajar tentang masa depan industri kita. ‘Dijual di Tiongkok’ adalah standar emas baru dalam asuransi,” tambah Grimm.

Oleh karena itu, Allianz Research memperkirakan tahun ini akan terjadi rebound di Asia (tidak termasuk Jepang), yang mendorong pertumbuhan premi hingga hampir 11%. (*)

Paulus Yoga

Recent Posts

AXA Mandiri Meluncurkan Produk Asuransi Mandiri Masa Depan Sejahtera

Suasana saat konferensi pers saat peluncuran Asuransi Mandiri Masa Depan Sejahtera di Jakarta. Presiden Direktur… Read More

3 hours ago

Bank NTT dan Bank Jatim Resmi Jalin Kerja Sama Pembentukan KUB

Jakarta - PT. Bank Pembangunan Daerah (BPD) Nusa Tenggara Timur (Bank NTT) resmi menandatangani nota… Read More

4 hours ago

Ekonomi RI Tumbuh 4,95 Persen di Kuartal III 2024, Airlangga Klaim Ungguli Singapura-Arab

Jakarta – Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2024 tercatat sebesar 4,95 persen, sedikit melambat dibandingkan kuartal… Read More

6 hours ago

AXA Mandiri Hadirkan Asuransi Dwiguna untuk Bantu Orang Tua Atasi Kenaikan Biaya Pendidikan

Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat peningkatan biaya pendidikan yang signifikan setiap tahun, dengan… Read More

7 hours ago

Sritex Pailit, Pemerintah Diminta Fokus Berantas Impor Ilegal dan Revisi Permendag 8/2024

Jakarta - Koordinator Aliansi Masyarakat Tekstil Indonesia (AMTI) Agus Riyanto mengapresiasi langkah cepat Presiden Prabowo… Read More

8 hours ago

Pemerintah Bahas Revisi PP 51 Terkait Upah Minimum Provinsi

Jakarta - Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso menyatakan pemerintah tengah membahas revisi Peraturan… Read More

8 hours ago