Jakarta – Waralaba populer asal Amerika Serikat (AS) McDonald’s kembali dirundung kemalangan. Kali ini, restoran cepat saji tersebut gulung tikar di Sri Langka.
Total, ada 13 gerai McDonal’s yang ditutup karena mitra lokalnya memutuskan untuk mengakhiri hubungan perjanjian.
“Perusahaan induk memutuskan untuk mengakhiri perjanjian dengan pemegang waralaba karena masalah-masalah standar,” kata Pengacara McDonald’s Sanath Wijewardane, dinukil Reuters, Senin (25/3/2024).
Ia mengatakan, saat ini McDonald’s tidak lagi berbisnis dengan mitra lokal di Sri Langka. Meski begitu, kata dia masih ada kemungkinan bahwa McDonald’s akan kembali dengan pemegang waralaba yang baru di negara tersebut.
Baca juga : Dituding Dukung Israel, McDonald’s Indonesia Buka Suara
“Mereka tidak menjalankan bisnis di dalam negeri. Mereka mungkin memutuskan untuk kembali dengan pewaralaba baru,” ucap Wijewardane.
Juru bicara mitra lokal Abans enggan memberikan komentar. Namun media lokal setempat melaporkan, McDonald’s mengajukan gugatan terhadap Abans atas tuduhan kebersihan yang buruk.
Nasib malang yang menimpa McDonald’s bukan kali pertama terjadi. CEO McDonald’s Chris Kempczinski misalnya mengakui bahwa perusahaan miliknya mengalami dampak bisnis di pasar Timur Tengah dan di luar kawasan tersebut lantaran adanya misinformasi akibat gerakan boikot produk pro Israel.
Sebab, restoran cepat saji asal negeri Paman Sam ini dituding memiliki hubungan keuangan dengan negeri Zionis.
Dalam sebuah postingan di LinkedIn, Jumat (5/1/2024), Kempczinski menuliskan adanya misinformasi yang berdampak buruk bagi perusahaan.
Baca juga : Daftar Produk Israel yang Ramai Diboikot, Ternyata Nomor 4 Banyak Dikonsumsi Warga RI
“Beberapa pasar di Timur Tengah dan beberapa pasar di luar kawasan mengalami dampak bisnis yang berarti akibat perang dan misinformasi terkait yang memengaruhi merek seperti McDonald’s,” tulis Kempczinski, dikutip Senin (8/1).
Lalu, pada November tahun lalu, gerakan Boikot, Divestasi, Sanksi (BDS), sebuah organisasi pro-Palestina, mendesak masyarakat untuk menolak McDonald’s karena dugaan “dukungan terbuka” terhadap militer Israel.
McDonald’s, yang tokonya di seluruh dunia dijalankan oleh pewaralaba yang membayar perusahaan tersebut untuk menggunakan merek dan resepnya, beroperasi di negara-negara termasuk Arab Saudi, Malaysia, dan Pakistan.
Berdasarkan laporan Reuters, McDonald’s Malaysia mengajukan gugatan terhadap aksi gerakan BDS, dengan tuduhan “pernyataan palsu dan pencemaran nama baik” terkait dengan konflik Gaza yang berdampak pada bisnis mereka. McDonald’s Malaysia menuntut kompensasi lebih dari USD1 juta. (*)
Editor: Galih Pratama