Dia mengatakan, meskipun banyak negara ASEAN melakukan investasi dalam mengembangkan dan membesarkan Fintech, namun pertumbuhannya masih lebih lambat jika dibandingkan dengan pusat Fintech yang telah mapan sepeti Amerika Serikat dan Eropa.
“Memiliki ide yang hebat saja tidak cukup untuk menjual sebuah produk. FinTechs harus dapat mengembangkan Minimum Viable Product (MVP) untuk menarik investasi dan pendanaan yang tepat. Pada fase inilah, Fintech banyak mengalami tantangan pada kemampuan untuk mengubah ide menjadi MVP yang berhasil,” ucapnya.
Sementara itu, Maybank Group Chief Technology Officer Mohd Suhail Amar Suresh menambahkan, bahwa Maybank Sandbox mengisi kesenjangan tersebut dengan menyediakan environment, prasarana, simulasi data, API dan kemampuan untuk menjangkau talenta dalam lingkungan yang aman dan terlindungi.
“Yang Maybank tawarkan adalah sebuah platform untuk startup-startup, perusahaan-perusahaan FinTech dan pihak manapun yang ingin berkolaborasi, bereksperimen, mengeluarkan dan menghasilkan berbagai gagasan atau solusi inovatif yang mungkin mereka miliki,” jelasnya. (Bersambung ke halaman berikutnya)
Suasana saat penyerahan sertifikat Predikat Platinum Green Building dari Green Building Council Indonesia (GBCI) Jakarta.… Read More
Jakarta – Bank Indonesia (BI) melaporkan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada Oktober 2024 mencapai Rp8.460,6 triliun,… Read More
Jakarta - Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) menolak rencana pemerintah menaikkan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi… Read More
Jakarta - Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada hari ini, Jumat, 22 November 2024, ditutup… Read More
Jakarta – Bank Indonesia (BI) mencatat uang beredar (M2) tetap tumbuh. Posisi M2 pada Oktober 2024 tercatat… Read More
Jakarta - PT Indonesia Infrastructure Finance (IIF) kembali meraih peringkat "Gold Rank" dalam ajang Asia… Read More