Jakarta–PT Bank Maybank Indonesia Tbk (Maybank Indonesia) melaksanakan program corporate social responsibility (CSR) di bidang pendidikan bagi penyandang berkebutuhan khusus di Gunung Kidul, Yogyakarta, akhir minggu lalu.
Pelaksanaan CSR dikoordinasikan melalui Yayasan Maybank Indonesia, yayasan sosial yang dimiliki Maybank Indonesia. Ketua Yayasan Maybank Indonesia Esti Nugraheni secara simbolis menyerahkan dukungan kepada Sutarti, Kepala Sekolah Luar Biasa (SLB) Darma Putra, Kecamatan Semin, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta.
Dukungan yang diberikan Maybank Indonesia bernilai total lebih dari Rp127 juta, terdiri dari perangkat mesin jahit beserta pelatihan dan upaya perawatan, peningkatan kebersihan dan keamanan sekolah dengan melakukan pemasangan teralis besi sehubungan sekolah berada di daerah yang rawan tindak pencurian serta ke depan karyawan Maybank Indonesia akan melakukan program keterlibatan (engagement) ataupun sukarelawan (volunterism) melalui inisiatif literasi keuangan, aksi bersih sekolah, dll.
Dukungan pendidikan yang diberikan Maybank Indonesia difokuskan pada pemberdayaan guna mendukung kemandirian para penyandang berkebutuhan khusus secara finansial di masa depan disamping aspek berkelanjutan. Dengan dukungan mesin jahit, ke depan para pengajar dan siswa SLB bisa memperoleh pendapatan dari hasil memproduksi kaos, mengembangkan seni bordir dengan membuat taplak meja, bed cover, sarung bantal/guling, dll.
Dengan demikian, pengadaan mesin jahit menjadi sarana pembelajaran keterampilan non-akademik dan menjadi bekal bagi SLB Darma Putra untuk mendapatkan penghasilan guna membiayai kelangsungan operasional sekolah dan panti asuhan. Sebelum ini mereka telah mengembangkan peternakan (ikan lele, ayam) dan bercocok tanam (palawija, dll) untuk keperluan tersebut.
”Dukungan CSR pendidikan bagi penyandang berkebutuhan khusus yang difokuskan pada upaya pemberdayaan ke depan sejalan dengan misi Maybank Indonesia, humanising financial services,” kata Esti Nugraheni dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Senin, 23 Mei 2016.
Pemberdayaan tersebut ditujukan agar para penyandang berkebutuhan khusus mendapatkan keterampilan untuk bekal hidup berdikari ke depannya.
SLB Darma Putra didirikan Sutarti, seorang guru SLB kelahiran Gunung Kidul, pada tahun 1997. Sebelumnya Sutarti mengajar di SLB Wonosari. Menyaksikan tingginya penyandang berkebutuhan khusus di daerahnya, dia kembali ke Gunung Kidul untuk mendirikan SLB.
SLB Darma Putra saat ini memiliki 85 siswa termasuk tuna grahita, tuna rungu, dan tuna netra dari tingkat TK hingga SMA. SLB ini mengalami kendala finansial untuk kelangsungan operasional. Biaya operasional makin meningkat karena orang tua siswa berasal dari keluarga pra sejahtera dan beberapa di antara mereka tidak mau menerima kembali anak mereka menjadi bagian keluarga hingga lulus sekolah. Oleh karena itu SLB Darma Putra akhirnya mendirikan panti asuhan bagi anak-anak berkebutuhan khusus.
Berdasarkan data Biro Pusat Statistik (BPS), pada 2010 jumlah penyandang berkebutuhan khusus di Kecamatan Semin, Kabupaten Gunung Kidul mencapai 1.016 jiwa. Jumlah ini meningkat cukup signifikan pada 2007 dimana jumlah penduduk berkebutuhan khusus sebesar 700 jiwa. Tetapi, peningkatan jumlah tersebut tidak disertai dengan peningkatan akses pendidikan bagi penduduk berkebutuhan khusus, terutama anak-anak. (*)
Editor: Paulus Yoga