Maybank Indonesia Bukukan Laba Kotor Rp562 Miliar di Kuartal I-2022

Maybank Indonesia Bukukan Laba Kotor Rp562 Miliar di Kuartal I-2022

Jakarta – PT Bank Maybank Indonesia, Tbk. (Maybank Indonesia) mengumumkan Laporan Keuangan Konsolidasian dengan Laba sebelum pajak (PBT) tercatat sebesar Rp562 miliar. Angka ini naik 12,1% dari Rp501 miliar tahun lalu.

Kinerja tersebut didukung oleh biaya provisi yang rendah, efisiensi biaya bunga dan biaya overhead yang terkendali, serta pertumbuhan pendapatan fee based yang kuat sehubungan dengan transaksi global market dan fee-based income dari Anak Perusahaan.

“Kami memulai tahun 2022 dengan optimisme setelah dua tahun masa-masa yang penuh tantangan. Di kuartal pertama tahun ini, kami melihat tren positif terhadap laba Bank, didukung oleh upaya dalam mengelola biaya di seluruh lini bisnis, disertai pertumbuhan fee dan kredit ritel. Kami akan melanjutkan strategi dan inisiatif untuk mendukung pertumbuhan kredit dan memperkuat basis nasabah melalui akuisisi, serta fundamental Bank. Melalui serangkaian solusi keuangan maupun layanan perbankan digital kami, diharapkan dapat menjawab kebutuhan nasabah dan masyarakat selaras dengan misi Bank, Humanising Financial Services.” ujar Presiden Direktur Maybank Indonesia Taswin Zakaria pada keterangannya, 28 April 2022.

Net Interest Income (NII) atau Pendapatan Bunga Bersih tetap stabil dibandingkan periode yang sama tahun lalu menjadi Rp1,75 triliun di tengah penurunan kredit Bank. Maybank dapat meningkatkan Net Interest Margin (NIM), atau Marjin Bunga Bersih sebesar 45 basis poin menjadi 4,8% di kuartal pertama 2022, didukung biaya dana (cost of fund) yang rendah dan pertumbuhan CASA yang kuat.

Fee based income atau Pendapatan Non-Bunga naik 4,9% menjadi Rp475 miliar dari Rp453 miliar tahun lalu, utamanya didukung oleh pendapatan fee transaksi global market yang naik 46,0% menjadi Rp51 miliar dari Rp35 miliar tahun lalu serta fee –based income dari Anak Perusahaan.

Sejak 2020, Maybank Indonesia mengambil langkah konservatif dalam mencadangkan provisi pada portofolio di seluruh segmen bisnis yang terdampak kondisi ekonomi yang menantang. Pencadangan provisi juga dilakukan perseroan pada 2022, khususnya bagi segmen pembiayaan syariah.

Meskipun demikian, Maybank mencatat biaya provisi turun sebesar 22,3% menjadi Rp212 miliar oleh karena upaya dalam menjalankan program restrukturisasi kredit, dan terus mendampingi debitur yang masih menghadapi tantangan untuk menjaga kualitas asetnya.

Maybank mencatat rasio Non-Performing Loan (NPL) (Konsolidasian) menjadi 3,9% (gross) dan 2,8% (net) pada Maret 2022, didukung penurunan saldo NPL menjadi 6,8%. Bank terus menerapkan prinsip kehati-hatian (prudent banking) dan mempertahankan risk posture pada tingkat yang sehat untuk memastikan kualitas aset tetap terjaga.

Selain itu, perseroan juga mampu mengendalikan biaya overhead yang tercatat sebesar Rp1,44 triliun. Maybank tetap disiplin dalam menerapkan pengelolaan biaya berkelanjutan di seluruh organisasi dan pada kegiatan usahanya untuk memastikan agar setiap biaya yang dikeluarkan dapat berkontribusi bagi peningkatan pendapatan.

Meskipun pemulihan ekonomi sudah berjalan sejak akhir tahun 2021, Maybank Indonesia saat ini masih menghadapi tantangan laju pertumbuhan kredit di tengah kondisi bisnis dan perdagangan yang masih dalam tahap penyesuaian pasca pandemi Covid-19 selama dua tahun ke belakang.

Total kredit Maybank tercatat menurun 2,2% menjadi Rp99,52 triliun dari Rp101,74 triliun tahun lalu. Kredit segmen Global Banking turun 3,4% menjadi Rp35,26 triliun dari Rp36,50 triliun, demikian juga kredit segmen Community Financial Services (CFS) yang terdiri dari kredit ritel dan non-ritel, turun 1,5%, disebabkan terutama oleh segmen CFS Non-Ritel yang turun 8,9%.

Namun demikian, kredit segmen CFS Ritel masih dapat membukukan pertumbuhan positif sebesar 5,7% Y-o-Y dan tumbuh 1,9% Q-o-Q, dikontribusikan dari pertumbuhan pembiayaan properti. Pembiayaan properti atau Kredit Pemilikan Rumah (KPR) masih terus bertumbuh secara konsisten sejak paruh kedua tahun 2021 dan terus menajadi motor penggerak pertumbuhan kredit di segmen CFS Ritel.

Kredit KPR menyumbang pertumbuhan tertinggi kepada segmen CFS Ritel, sebesar 10,8% dengan total kredit yang tersalurkan mencapai Rp15,59 triliun dari Rp14,07 triliun tahun lalu.

Selanjutnya, total simpanan nasabah turun 9,5% menjadi Rp105,98 triliun dari Rp117,07 triliun tahun lalu disebabkan, utamanya oleh simpanan berjangka (time deposits) yang turun 18,9% menjadi Rp56,03 triliun dari Rp69,08 triliun tahun lalu.

Dengan demikian, CASA perseroan tumbuh 4,1% menjadi Rp49,95 triliun dari Rp47,99 triliun, terdiri dari tabungan dan giro yang masing-masing tumbuh 7,9% dan 1,1%. Pertumbuhan pada CASA tersebut, mendorong Rasio CASA Bank menjadi 47,1% pada Maret 2022, dibandingkan dengan 41,0% pada Maret 2021.

Posisi likuiditas Bank tetap kuat dengan rasio Kredit terhadap Simpanan/Loan to Deposit Ratio (LDR Bank saja) berada di posisi yang sehat, pada level 82,0%. Sementara, Rasio Kewajiban Pemenuhan Kecukupan Likuiditas/Liquidity Coverage Ratio (LCR Bank saja), tercatat 190,4% pada Maret 2022, berada di atas tingkat minimum yang diwajibkan regulator yakni sebesar 100%.

Posisi permodalan Bank tetap kuat dengan Rasio Kecukupan Modal/Capital Adequacy Ratio (CAR) tercatat 26,5% pada Maret 2022, dibandingkan 25,3% di Maret 2021. Total modal Bank tercatat naik menjadi Rp27,94 triliun pada Maret 2022 dari Rp26,87 triliun pada Maret 2021.

Dari sisi pertumbuhan digital, Maybank Indonesia mencatat peningkatan transaksi melalui platform perbankan digital M2U sebesar 14,3% menjadi sekitar 4,1 juta transaksi dari 3,6 juta lebih transaksi tahun lalu. Demikian juga pertumbuhan nilai transaksi melalui M2U yang tercatat naik 23,0% menjadi Rp21,94 triliun, dari Rp17,84 triliun tahun lalu, serta hingga pertumbuhan akuisisi nasabah baru hingga 500% melalui platform digital tersebut.

Pertumbuhan transaksi maupun akuisisi nasabah yang signifikan melalui M2U telah menyumbang kepada pendanaan ritel digital sebesar 24,3% menjadi lebih dari Rp5,19 triliun.

Sementara, jumlah transaksi yang tercatat melalui M2E naik sebesar 91,1% menjadi lebih dari satu juta transaksi di kuartal pertama 2022. Ada pun nilai transaksi melalui M2E tumbuh 87,3% menjadi Rp179,41 triliun di kuartal pertama 2022, dari Rp95,79 triliun tahun lalu. Pertumbuhan akuisisi nasabah dan transaksi melalui M2E, telah berkontribusi kepada pertumbuhan pendanaan korporasi sebesar 9,0% menjadi Rp21,97 triliun.

Untuk Syariah, laba operasional sebelum provisi Unit Usaha Syariah (UUS) Maybank Indonesia, turun 6,6% menjadi Rp170 miliar disebabkan oleh penurunan pembiayaan, dan laba sebelum pajak (PBT) yang mengalami penurunan sebesar 51% menjadi Rp85 miliar, oleh karena pencadangan provisi meningkat.

Total aset tumbuh 6,8% menjadi Rp38,33 triliun dari Rp35,88 triliun, berkontribusi sebesar 24,0% kepada total aset konsolidasian, tetapi aset pembiayaan Syariah mengalami penurunan sebesar 2,9% menjadi Rp24,56 triliun dari Rp25,29 triliun.

“Di tengah pemulihan ekonomi, Maybank mengambil langkah konservatif untuk meningkatkan level pencadangan, khususnya pada portofolio terpilih sehingga dengan demikian, laba sebelum pajak UUS turun menjadi Rp85 miliar pada kuartal pertama 2022 dari Rp173 miliar tahun lalu,” ujar Tazwin

Non Performing Financing (NPF) menjadi 4,0% (gross) pada kuartal pertama 2022 dari 3,6% (gross) tahun lalu disebabkan oleh penurunan pada total pembiayaan UUS. Financing-to-Deposit Ratio (FDR) menjadi 84,3%. CASA UUS tumbuh signifikan sebesar 39,7% menjadi Rp11,76 triliun di kuartal pertama 2022 dari Rp8,42 triliun tahun lalu. Hal ini sejalan dengan strategi Bank untuk memperkuat likuiditas dengan mengoptimalkan pendanaan yang efisien dan didukung upaya peningkatan basis nasabah melalui platform digital M2U. (*)

 

Editor: Rezkiana Nisaputra

Related Posts

News Update

Top News