Jakarta – Pemerintah terus menggenjot infrastruktur sebagai upaya membangun perekonomian nasional. Maka dari itu, sektor perbankan diharapkan bisa mendukung program pemerintah tersebut dengan memberikan pembiayaan kepada perusahaan konstruksi.
Bank asal Malaysia yakni PT Maybank Indonesia Tbk mengaku, pihaknya terus mendorong penyaluran kreditnya di sektor infrastruktur, kendati porsi penyaluran kredit infrastruktur terhadap total portfolio Maybank Indonesia masih kecil yakni di bawah 5%.
“Kalau dari total portfolio masih kecil sekitar di bawah 5%. Tapi kita tetap memfokuskan kesana mungkin dari segi korporasi kita fokus kesana,” ujar Presiden Direktur Maybank Indonesia, Taswin Zakaria, di Jakarta, Rabu, 14 Septembe 2016.
Dia menambahkan, sejauh ini pihaknya telah melakukan pembicaraan dengan perusahaan BUMN yang bergerak di sektor konstruksi terkait dengan pembiayaan infrastruktur. Hal ini bertujuan agar meningkatkan penyaluran kredit Maybank Indonesia di sektor infrastruktur.
“Kita fokus ke proyek-proyek, kita banyak bicara dengan BUMN-BUMN terkait dengan pembangunan infrastruktur. Ad beberapa BUMN karya yang terlibat langsung dengan proyek ini,” tukas Taswin.
Lebih lanjut dia mengungkapkan, pihaknya akan membiayai infrastruktur seperti pembangunan proyek jalan tol, pembangkit listrik dan sebagainya. Oleh sebab itu, pihaknya juga akan melibatkan kontraktor-kontraktor kecil sebagai upaya percepatan pembangunan infrastruktur di tanah air.
“Kita bisa membantu financing, yang penting di segmen bisnis banking kami itu mensupport pembiayaan ini karena proyek infrastruktur ini melibatkan kontraktor-kontraktor kecil dan mereka butuh financing. Kita support mulai dari korporasinya sendiri hingga ke kontraktor,” ucapnya.
Selain itu pihaknya juga memperkirakan, bahwa belanja modal infrastruktur Indonesia akan menembus angka sebesar US$264 miliar dalam periode 2016-2020 atau setara dengan 30%-35% terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia.
Dia mengungkapkan, perkiraan tersebut sejalan dengan kondisi makro Indonesia yang ada saat ini dianggap sangat mendukung untuk pembangunan infrastruktur yang dibutuhkan Indonesia. Dia menilai, suku bunga yang rendah, inflasi yang stabil dan nilai tukar rupiah yang terjaga, memungkinkan pendanaan proyek infrastruktur lebih kompetitif. (*)