Jakarta – Dalam industri asuransi, agen memegang peranan penting dalam pertumbuhan bisnis perusahaan. Sebagai salah satu jalur distribusi pemasaran, agen bertugas meyakinkan nasabah maupun calon nasabah sebelum memilih produk asuransi yang sesuai dengan kebutuhan finansial/perlindungan dari nasabah/calon nasabah.
Saat ini, agen juga menjadi satu potensi jalur bisnis yang berkembang, karena dari sisi pendapatan juga menjanjikan. Meskipun begitu, ada persyaratan dan tantangan yang harus dipenuhi untuk menjadi seorang agen yang sukses.
Lantas, seperti apa persyaratan dan tantangann yang harus dipenuhi oleh seorang agen?
VP of Agency & Affinity PT Sompo Insurance Indonesia Rusdi Syarif menjelaskan, untuk menjadi seorang agen asuransi tidak diperlukan latar belakang pendidikan yang khusus.
Baca juga : Kanal Agen Topang Pertumbuhan Kinerja MPMInsurance di 2024
Namun agen tersebut wajib memiliki sertifikat yang dikeluarkan oleh Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) atau Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI).
“Persyaratan ini diperlukan untuk menjadi agen asuransi bagi nasabah ritel. Khusus untuk agen korporat, selain sertifikat dari AAUI/AAJI, agen juga harus memiliki sertifikat dari OJK,” katanya, dikutip Kamis, 20 Februari 2025.
Menurutnya, persaingan di industri asuransi sangat ketat. Seorang agen pun harus memiliki pengetahuan yang mendalam terhadap produk-produk yang dijualnya, serta mengerti bagaimana teknik dan strategi untuk berjualan.
“Perpaduan dari faktor- faktor tersebut yang akan menentukan sukses atau tidaknya seorang agen,” jelasnya.
Warisan Portofolio
Rusdi membeberkan, tak kalah penting dan tidak banyak diketahui masyarakat adalah soal warisan portofolio. Ternyata, portofolio seorang agen bisa diwariskan kepada anggota keluarganya yang juga berprofesi sebagai agen, tentunya dengan tetap memenuhi persyaratan keagenan sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
Baca juga : Superbank Tegaskan IPO Bukan Agenda Utama Tahun Ini
“Misalnya seorang agen yang memutuskan untuk pensiun menjadi agen, bisa mewariskan portofolio yang dikelolanya selama ini kepada salah satu anggota keluarganya yang juga berprofesi sebagai agen di perusahaan asuransi yang sama,” bebernya.
Ia menekankan, tidak mudah menjadi agen. Sebab, bisnis asuransi adalah bisnis kepercayaan. Kuncinya adalah pemahaman mengenai produk yang dijualnya – termasuk menjelaskan secara detil produk kepada calon nasabah, sehingga nasabah menjadi lebih paham produk asuransi yang dibelinya.
Hal ini kata dia yang bisa menghindari potensi konflik yang bisa terjadi antara nasabah dan perusahaan asuransi.
Tak kalah penting juga adalah melakukan pendekatan serta mampu menjaga hubungan baik secara personal dengan para nasabah secara tetap dan konsisten, menjadi kunci langgengnya hubungan bisnis antara agen dan nasabah ke depannya. (*)
Editor: Galih Pratama