Jakarta – Bank Indonesia (BI) mencatat, penyaluran kredit pada Februari 2021 kembali turun sebesar -2,15% secara year on year (yoy) bila dibandingkan dengan kontraksi -1,92% (yoy) pada Januari 2021. Padahal, pencapaian kredit di Januari sudah lebih membaik dari bulan Desember 2020 yang terkontraksi cukup dalam di -2,41% (yoy).
Asisten Gubernur BI Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial Juda Agung mengatakan, fungsi intermediasi perbankan khususnya dalam penyaluran kredit masih menjadi tantangan di sektor jasa keuangan.
“Yang menjadi persoalan adalah kredit, atau intermediasi itu minus, masih mengalami kontraksi. Sejak pandemi kita terus turun mulai negatif di bulan November Desember sampai Febuari masih -2,15% (yoy),” kata Juda Agung dalan diskusi Infobank Institute dengan tema ‘Antisipasi Perbankan Dalam Ekspansi Kredit Kendaraan Bermotor, Konsumsi, dan Properti Setelah Kebijakan LTV dan Relaksasi ATMR’, Jumat 19 Maret 2021.
Tak hanya secara tahunan, kredit secara year to date (ytd) pada Febuari 2021 juga masih terkontraksi -1,14% (ytd) namun sedikit lebih baik dari pencapaian Januari di -1,54% (ytd).
Juda mengungkapkan, penyaluran kredit pada Febuari 2021 didorong oleh positifnya penyaluran kredit dari Bank Pembangunan Daerah (BPD) yang mencapai 5,67% (yoy) meski menurun tipis dari bulan sebelumnya di 5,68% (yoy). Juda menilai, kredit BPD tidak begitu terpengaruh terhadap pandemi covid-19.
“Kita lihat kelompok bank BPD masih positif 5,67% dia lebih banyak menangani segmen konsumer yang mempunyai pendapatan tetap sehingga tidak terlalu terganggu adanya covid ini,” ucap Juda.
Sementara itu, faktor kedua yakni masih tumbuhnya kredit bank BUMN di angka 1,74% (yoy) atau lebih baik dari pencapaian sebelumnya di 1,45% (yoy). Guna lebih menggenjot kredit, dirinya meyarankan perbankan untuk lebih menyasar kepada sektor yang masih tumbuh positif diantaranya pertanian, kontruksi, jasa sosial serta pengangkutan. (*)
Editor: Rezkiana Np