Selain itu, Perseroan juga terus menerapkan prinsip kehati-hatian dalam menyalurkan kredit sehingga rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) tetap terjaga atau mengalami penurunan pada akhir 2016 yang tercatat 2,84 persen (gross) dibandingkan dengan akhir tahun sebelumnya yang mencapai 3,42 persen.
Di sisi lain, pendapatan bunga bersih atau net interest income juga tumbuh 20,17 persen secara tahunan (yoy) pada 2016 menjadi Rp8,25 triliun. Adapun pendapatan operasional tumbuh 32,31 persen (yoy) dari Rp2,53 triliun pada 2015 menjadi Rp3,35 triliun pada 2016. Sedangkan total aset BTN pada 2016 tumbuh 24,66 persen (yoy) menjadi Rp214,16 triliun.
Sementara itu, pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) BTN mencapai 25,4 persen (yoy) dari Rp127,74 triliun pada tahun 2015 menjadi Rp160,19 triliun. Struktur DPK tersebut didominasi oleh porsi dana murah yang mencapai 50,36 persen, atau sebesar Rp80,68 triliun.
Adapun rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) perseroan meningkat dari 16,79 persen pada Desember 2015 menjadi 20,34 persen pada akhir tahun 2016. Peningkatan CAR ini ditopang oleh revaluasi aset pada April 2016 lalu. (*)
Editor: Paulus Yoga