Jakarta – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan bakal kembali terpental ke zona merah, pada perdagangan hari ini, Senin (7/11). Dengan beragam sentimen negatif yang berserak di pasar, pergerakan indeks diyakini bakal lebih banyak berkutat direntang 6.954 hingga 7.172.
Chief Executive Officer (CEO) PT Yugen Bertumbuh Sekuritas, William Surya Wijaya, melihat bahwa pada awal pekan kedua November ini pola gerak IHSG masih belum terlihat adanya kemauan beli yang kuat. Justru, potensi tekanan masih terlihat cukup besar, yang rawan mendorong pelaku pasar untuk melakukan aksi jual.
“IHSG masih ditopang oleh capital inflow yang masih terus terlihat berlanjut ke dalam pasar modal Indonesia,” ujar William Surya, dalam risetnya, dikutip 7 November 2022.
Sentimen negatif terutama datang dari fluktuasi suku bunga acuan Bank Sentral AS, Federal Reserves (The Fed), yang oleh sebagian pelaku pasar dinilai sudah cukup mengkhawatirkan.
Senada dengan William, pengamat pasar modal sekaligus Founder WH Project, William Hartanto, juga menyebutkan bahwa posisi IHSG saat ini masih dalam tren turun. Proyeksi tersebut, setidaknya, didasarkan pada tren volatilitas yang masih tinggi terjadi di pasar.
“Wujud antisipasi tersebut adalah wajar, namun nilai transaksi IHSG masih menunjukkan tidak adanya kepanikan pasar, dan pada perdagangan hari Jumat yang lalu IHSG membentuk pola hammer yang merupakan indikasi penguatan,” ujar William Hartanto.
Namun demikian, dengan tren pelemahan yang berpotensi terjadi, pelaku pasar disebut William masih bisa memanfaatkannya untuk meraup cuan dengan mengoleksi saham-saham yang dinilai sudah masuk kategori under value.
Atas peluang tersebut, William menyebut ada beberapa saham yang danggapnya memiliki potensi, sehingga pantas untuk dilirik oleh pelaku pasar. Deretan saham tersebut, di antaranya, adalah UNVR, BBCA, KLBF, WTON dan APLN. Selain itu ada juga CTRA, SMRA, ASRI dan PWON. (*) TAF