Jakarta – PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) telah memproyeksikan bahwa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga akhir tahun dapat menyentuh level 7.800.
Hal itu diungkapkan oleh Chief Economist and Investment Strategist MAMI, Katarina Setiawan dalam Market Update yang digelar virtual di Jakarta, 14 Agustus 2024.
Menurutnya, proyeksi tersebut akan bergantung pada sisi Price to Earning (PE) Ratio dan juga dari sisi pertumbuhan laba atau keuntungan dari emiten-emiten.
“IHSG akhir tahun diperkirakan ada di
7.800 ini berdasarkan valuasi dari segi PE dan juga pertumbuhan laba emiten,” ucap Katarina secara
Baca juga: Usai Teken Perjanjian Antar Pemegang Saham, KPEI Perluas Perannya di Pasar Keuangan
Ia juga menambahkan hal tersebut masih akan dipengaruhi oleh faktor risiko global maupun domestik. Dari faktor global, salah satunya adalah tensi geopolitik yang diperkirakan masih akan ada ekskalasi mendadak di luar kontrol berbagai pihak.
“Risiko selanjutnya adalah resiko potensi resesi di Amerika Serikat (AS), karena data-data yang ada itu menunjukkan pelambatan aktivitas ekonomi, penjualan retail, kemudian pengangguran bertambah, kita melihat hal ini dan juga PMI dari servis maupun manufaktur di sana sudah berada di zona kontraksi,” imbuhnya.
Namun, menurutnya potensi resesi di AS tersebut masih dapat dimitigasi oleh The Fed yang tidak lagi hanya mengedepankan tingkat inflasi, tetapi juga memperhatikan kondisi ekonomi dan pertumbuhan yang ada.
Sementara dari sisi domestik, kebijakan fiskal akan menjadi salah satu perhatian, karena target defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Indonesia mengalami peningkatan dari 2,3 persen menjadi 2,7 persen tahun ini.
“Selama ini kita mendengar komitmen bahwa defisit 3 persen dari PDB untuk target batas atasnya, itu masih tetap akan dipertahankan dan juga diperhatikan sekali bagaimana kebijakan fiskal kedepannya,” ujar Katarina.
Baca juga: Syailendra Capital Nilai Reksa Dana Saham Bakal Diminati Banyak Investor, Ini Alasannya
Adapun, Chief Investment Officer, Equity MAMI, Samuel Kesuma, CFA, menambahkan, IHSG di semester kedua tahun ini juga akan ditopang oleh beberapa katalis positif, antara lain nilai tukar Rupiah yang menguat, suku bunga The Fed yang diperkirakan akan dipangkas, hingga pemerintah baru Indonesia yang mendukung pertumbuhan dan dapat berpengaruh pada kinerja pertumbuhan laba emiten.
“Selama 10 tahun terakhir sebenarnya valuasi pasar saham domestik itu
rata-rata di sekitar 14,5 sampai 14,7 kali. Nah sekarang kita cukup rendah ya, masih di bawah 12,5 kali. Jadi kita melihat kalau memang sentimennya sudah normalize, investor mulai merecognize, ada potensi pertumbuhan laba yang akan lebih baik ke depannya, kita melihat juga selain dari investor asing, investor domestik juga akan melihat istilahnya daya tarik yang lebih tinggi untuk kembali masuk ke pasar saham,” tambah Samuel dalam kesempatan yang sama. (*)
Editor: Galih Pratama