Jakarta – PT Mandiri Sekuritas menyatakan di 2023 pasar obligasi akan lebih prospektif. Head of Fixed Income Research Mandiri Sekuritas, Handy Yunianto mengatakan beberapa faktor mengapa pihaknya menilai investasi ke obligasi akan memberikan prospek positif.
“Kalau ngikutin media mengenai outlook (prospek) di capital market (pasar modal), waktu itu kita sampaikan bahwa temanya kami melihat pasar obligasi ini memberikan prospek yang positif tahun ini,” kata Anto dalam jumpa pers “Equity and Fixed Income Markets Outlook 2023”, Rabu, 7 Juni 2023.
Lebih lanjut, Anto menjelaskan ada empat poin mengapa pihaknya menilai investasi ke obligasi akan memberikan prospek positif. Pertama, kata dia, pada awal 2023 isu terbesar di makroekonomi bukan mengenai inflasi, tapi pertumbuhan ekonomi.
“Jadi di tahun 2022 kemarin, inflasinya naik luar biasa di Amerika, bahkan sampai ke 9%, sehingga The Fed menaikan suku bunga. Tapi kalau kita lihat tahun ini, story-nya akan berbeda,” jelas Anto.
Baca juga: Bukan Cuma Tiket Konser, Obligasi Ritel Juga Laris di Pasaran
Dia menjelaskan, ketika Covid-19 melanda, seluruh bank sentral dunia dan pemerintahan melakukan stimulus. Anto menambahkan, bahwa belum pernah Indonesia mengalami budget defisit sampai 6% dari produk domestik bruto (PDB).
Lebih jauh, stimulus yang diberikan banks sentral mupun pemerintah bisa menimbulkan dampak tertentu terhadap perekonomian.
“Jadi kalau kita lihat waktunya tahun 2020 mereka memberikan stimulus luar biasa, yang baru kita rasakan pada 2021, yaitu inflasi dan suku bunganya naik,” jelas Anto.
Meski begitu, dia optimis pada 2023 kejadiannya akan berubah. Sebab, pada 2022 suku bunga sudah dinaikkan dan beberapa negara sudah melakukan konsolidasi fiskal. Jadi, kata dia, fiskalnya tidak defisit besar-besaran.
Selain itu, Mandiri Sekuritas menyebutkan bahwa pada awal tahun ini memperkirakan kenaikan suku bunga sudah mendekati peak level atau titik tertingginya.
“Nah, kami perkirakan ini akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi outlook tahun 2023, sehingga kami melihat tekanan kenaikan suku bunganya sudah mulai terbatas. Lagi-lagi kalau kita bicara bahwa tekanan inflasi sudah turun, tekanan suku bunga sudah turun, obligasi harusnya lebih prospektif,” tutur dia. (*)
Editor: Galih Pratama