Jakarta–PT Bank Mandiri (Persero) Tbk telah menyalurkan kredit ke berbagai sektor produktif, termasuk di antaranya ke sektor kelapa sawit. Berdasarkan data perseroan, penyaluran kredit ke industri kelapa sawit meningkat cukup besar pada September 2015.
Direktur Utama Bank Mandiri, Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan, penyaluran kredit Bank Mandiri ke sektor perkebunan kelapa sawit sampai dengan September 2015 sudah mencapai Rp49 trilun atau mengalami pertumbuhan sebesar 8,8% jika dibandingkan September 2014.
Jika dibandingkan dengan total outstanding kredit Bank Mandiri yang mencapai Rp560,6 triliun, maka kredit perseroan ke industri kelapa sawit mengambil porsi nyaris 9%.
Dalam menyalurkan kredit ke sektor kelapa sawit, Budi mengungkapkan, perseroan tetap menganut prinsip kehati-hatian dalam memberikan pembiayaan. Hal ini sejalan dengan harga kelapa sawit yang cenderung dinamis, sebagaimana sama dengan harga komoditas lainnya.
Menurutnya, Bank Mandiri memilih pelaku-pelaku usaha yang telah berpengalaman dalam menghadapi fluktuasi harga komoditas yang tengah terjadi di global, termasuk harga kelapa sawit. Namun, secara umum saat ini pelaku usaha kelapa sawit masih beroperasi dengan baik.
“Bank Mandiri konsisten dalam menetapkan target customer yaitu perusahaan-perusahaan yang memiliki pengalaman di industri kelapa sawit, dan didukung dengan fundamental usaha yang sehat serta penerapan tata kelola perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan,” ucap Budi.
Dia menilai, perusahaan yang telah terintegrasi dengan industri hilir dianggap lebih stabil dalam kondisi sekarang ini. Perseroan pun kini merupakan salah satu dari 8 bank yang menjadi pionir dalam program keuangan berkelanjutan, dalam hal ini bank-bank tersebut akan menyalurkan pembiayaan ke sektor-sektor yang memiliki multiplier effect yang besar.
Sementara itu Deputi Direktur Arsitektur Perbankan Indonesia OJK Edi Setijawan, menambahkan, OJK bersama WWF akan mendampingi bank-bank untuk mulai menerapkan keuangan berkelanjutan secara sistematis dengan mengambil contoh kasus pada sektor kelapa sawit. Proyek ini akan berjalan selama 1,5 tahun yang dimulai pada Januari 2016.
“Sektor kelapa sawit dipilih untuk dipelajari lebih dalam karena sektor ini kerap kali diasosiasikan dengan isu lingkungan. Bank dapat mengambil peran dalam memperbaiki profil industri ini agar komoditi ini dapat terus menjadi andalan ekonomi nasional,” tutupnya. (*) Rezkiana Nisaputra