MAMI: Pasar Saham dan Obligasi Berpeluang Bergerak Stabil

Jakarta – Data pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia di kuartal I 2025 mengalami perlambatan, yang mana hanya tumbuh 4,87 persen dan menjadi yang terendah sejak kuartal III 2021.

Sementara itu, dari sisi perkembangan global, suku bunga The Fed masih dipertahankan pada level 4,25-4,50 persen di pertemuan Mei 2025, hal ini dikarenakan The Fed masih akan berfokus pada upaya penurunan inflasi.

Berdasarkan keadaan tersebut, Head of Investment Specialist Manulife Asset Manajemen Indonesia (MAMI), Freddy Tedja menyebut, kondisi pasar finansial domestik untuk saham dan obligasi memiliki peluang untuk kembali bergerak stabil.

Menurutnya, dari sisi kelas aset saham, setelah empat bulan terakhir mengalami volatilitas ekstrem diakhiri koreksi tajam, perkembangan-perkembangan global terkini membuat kinerja pasar saham melejit kembali, meski kesinambungannya masih terlihat rentan. 

“Eksekusi kebijakan pro pertumbuhan dan transisi belanja pemerintah yang tepat sasaran sangat kita harapkan untuk dapat mendorong konsumsi dan daya beli masyarakat, dan pada akhirnya memperbaiki kinerja korporasi,” ucap Freddy dalam risetnya dikutip, 13 Mei 2025.

Baca juga: Berikut 5 Saham Penopang Penguatan IHSG Sepekan

Lalu, potensi pemangkasan suku bunga juga diharapkan dapat semakin mendorong stabilitas dan kesinambungan kinerja pasar saham jangka panjang, terutama karena iklim suku bunga tinggi merupakan salah satu faktor utama yang menekan performa korporasi dan sentimen pasar. 

Di sisi lain, dengan meningkatnya daya tarik pasar Asia di tengah melemahnya supremasi Amerika Serikat (AS) diharapkan sedikit banyak dapat berimbas baik juga ke pasar saham Indonesia.

Adapun untuk kelas aset obligasi, ada beberapa faktor penting yang menentukan minat investor, seperti persepsi risiko kredit, stabilitas nilai tukar, dan arah suku bunga. Sehingga Freddy menilai daya tarik pasar obligasi saat ini masih tetap tinggi.

Baca juga: Rupiah Diprediksi Masih Tertekan dalam Jangka Pendek, Ini Pemicunya

Hal itu didukung dengan peluang dan urgensi penurunan suku bunga yang semakin terbuka. Kemudiqn, nilai tukar rupiah mulai stabil, penilaian terakhir dari dari Fitch and Moody’s pada Maret lalu juga tetap mengafirmasi sovereign rating Indonesia di kategori layak investasi ‘BBB’ dengan outlook stabil.

Hal itu tentunya membuat minat para investor domestik tetap kokoh dan minat investor asing pun relatif terjaga dengan arus masuk bersih tahun berjalan mencapai USD1,26 miliar, dibandingkan arus keluar USD2,73 miliar di periode yang sama tahun 2024 lalu. (*)

Editor: Galih Pratama

Khoirifa Argisa Putri

Recent Posts

BRI Bukukan Laba Rp45,44 Triliun per November 2025

Poin Penting BRI membukukan laba bank only Rp45,44 triliun per November 2025, turun dari Rp50… Read More

15 hours ago

Jadwal Operasional BCA, BRI, Bank Mandiri, BNI, dan BTN Selama Libur Nataru 2025-2026

Poin Penting Seluruh bank besar seperti BCA, BRI, Mandiri, BNI, dan BTN memastikan layanan perbankan… Read More

16 hours ago

Bank Jateng Setor Dividen Rp1,12 Triliun ke Pemprov dan 35 Kabupaten/Kota

Poin Penting Bank Jateng membagikan dividen Rp1,12 triliun kepada Pemprov dan 35 kabupaten/kota di Jateng,… Read More

16 hours ago

Pendapatan Tak Menentu? Ini Tips Mengatur Keuangan untuk Freelancer

Poin Penting Perencanaan keuangan krusial bagi freelancer untuk mengelola arus kas, menyiapkan dana darurat, proteksi,… Read More

17 hours ago

Libur Nataru Aman di Jalan, Simak Tips Berkendara Jauh dengan Kendaraan Pribadi

Poin Penting Pastikan kendaraan dan dokumen dalam kondisi lengkap dan prima, termasuk servis mesin, rem,… Read More

1 day ago

Muamalat DIN Dukung Momen Liburan Akhir Tahun 2025

Bank Muamalat memberikan layanan “Pusat Bantuan” Muamalat DIN. Selain untuk pembayaran, pembelian, atau transfer, nasabah… Read More

1 day ago