LPS: Pembiayaan Ekonomi dari Investor Ritel dan Milenial Terus Meningkat

LPS: Pembiayaan Ekonomi dari Investor Ritel dan Milenial Terus Meningkat

Jakarta – Di tengah kondisi perekonomian global yang tak menentu, akibat adanya perang Rusia-Ukraina, dikhawatirkan akan berdampak pada perekonomian nasional. Untuk itu, pemerintah harus bisa menghadapi tantangan-tantangan tersebut agar perekonomian Indonesia tetap terjaga.

Selain melalui stimulus kebijakan pemerintah, investor ritel dan milenial diyakini mampu berperan penting dalam menggerakkan perekonomian nasional. Investor ritel dan kaum milenial diklaim bisa mendorong pembiayaan pembangunan perekonomian nasional. Dengan begitu, ekonomi Indonesia akan lebih kuat dan terjaga.

Demikian disampaikan oleh Direktur Eksekutif Surveilans, Pemeriksaan, dan Statistik Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Priyanto Budi Nugroho dalam diskusi virtual bertema “Jadi Milenial Yang Cerdas Keuangan dan Investasi” Rabu, 6 Juli 2022.

“Mengingat, kondisi sosial politik di tingkat global hingga kini masih berdampak besar terhadap laju pertumbuhan ekonomi domestik. Karena itu, peran investor ritel maupun milenial menjadi sangat penting dalam meredam tekanan global tersebut,” ujarnya.

Menurut Priyanto, kondisi nilai tukar rupiah yang sudah tertekan pada angka psikologis mendekati Rp15 ribu per dolar Amerika, kemudian imbal hasil obligasi 10 tahun diatas 7,6%, perlu diimbangi dengan pasar keuangan nonbank seperti pasar modal. “Peran investor ritel maupun milenial akan menjadi penting disaat seperti sekarang ini,” tukasnya.

Ia mengungkapkan, berdasarkan data LPS per Mei 2022, investor pasar modal Indonesia secara demografi didominasi oleh kelompok umur dibawah 30 tahun, kemudian generasi milenial dan generasi setelahnya yang hampir 60% atau tepatnya 59,8% dari total penduduk di tanah air.

“Investor kelompok ini terbilang cukup besar, meski dana yang diinvestasikan relatif masih kecil, yaitu sekitar Rp53,77 triliun. Sementara, jumlah investasi yang berasal dari investor dengan rentang usia 60 tahun yang mencapai 27,5% atau sebesar Rp553 triliun,” paparnya.

Baca juga : LPS: Ekonomi Membaik, Performa Bank Makin Apik

Priyanto mengingatkan, meski generasi milenial di Indonesia sudah menunjukkan melek investasi, namun harus tetap waspada. Keinginan berinvestasi juga harus dibarengi dengan pemahaman terhadap karakteristik produk, agar pemilihan produk keuangan bisa lebih tepat.

“Kita harus melihat siapa penyelenggara investasi, berizin atau tidak, minimal itu. Sehingga para milenial bisa terhindar dari investasi bodong,” ujar Priyanto.

Dalam kesempatan tersebut, Priyanto Budi juga memberikan beberapa tips menabung dan berinvestasi yang tepat. Pertama, pangkas pengeluaran yang tidak perlu. Kedua, sisihkan untuk menabung di awal bulan dan ketiga, sebisa mungkin pisahkan rekening sesuai kebutuhan. “Tetapi disitu juga para melenial harus bisa disiplin mengelola, paling tidak dua rekening tadi,” jelasnya.

Sedangkan untuk tips berinvestasi, ia menuturkan, pertama para milenial harus mengenali kebutuhan dan kemampuan. Kedua, kenali produk dan jasa keuangan. Ketiga, kenali manfaat dan risiko. Keempat, kenali hak dan kewajiban. (*)

Related Posts

News Update

Top News