LPS Ingatkan Pentingnya Komunikasi Skema Penjaminan Simpanan

LPS Ingatkan Pentingnya Komunikasi Skema Penjaminan Simpanan

Jakarta – Anggota Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Didik Madiyono mengatakan komunikasi publik yang efektif tentang skema penjaminan simpanan, terlebih di era digital seperti sekarang  dapat menciptakan kepercayaan nasabah terhadap perbankan.

“Masalah asimetris informasi di era sekarang ini relatif bukan disebabkan karena tidak tersedianya informasi melainkan disebabkan oleh noise dan bias informasi pada informasi publik, terutama melalui media sosial. Oleh karena itu, komunikasi publik yang efektif tentang skema penjaminan simpanan kepada masyarakat menjadi sangat penting untuk menciptakan kepercayaan publik,” kata Didik yang dikutip di Jakarta, Kamis 18 Maret 2021.

Oleh karenanya, LPS secara intensif terus menyosialisasikan mandat dan fungsinya, serta skema dan kebijakan penjaminan simpanan antara lain melalui kerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan, termasuk dengan insan media dalam berbagai bentuk edukasi masyarakat guna menjaga kepercayaan terhadap perbankan.

Dalam kesempatan yang sama, ia juga memaparkan tentang pergeseran perilaku konsumen pada masa pandemi covid-19 saat ini, lebih memilih berbagai layanan yang berbasis digital. Terbukti, situasi pandemi meningkatkan ketergantungan konsumen pada layanan berbasis digital. Pada hasil penelitian yang dilakukan Bank Dunia, Google, Temasek, dan Bain & Company menyebut fenomena ini sebagai “flight-to-digital”.

“Dengan perkembangan teknologi komputerisasi dan digitalisasi, model bisnis perbankan juga terus berkembang. Perkembangan teknologi ini akan mengarah pada perbankan yang lebih efisien, layanan pelanggan yang lebih baik, dan kontribusi yang lebih tinggi bagi perekonomian,” jelasnya.

Adapun, dalam paparannya Didik menyampaikan, di Asia Tenggara ada sekitar 36% konsumen yang menggunakan layanan digital merupakan konsumen baru selama pandemi. Sedangkan sekitar 9 dari 10 konsumen yang menggunakan layanan digital baru akan terus menggunakan layanan ini di masa mendatang.

Didik menambahkan, meskipun Indonesia mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi hingga -2,07% (YoY), ekonomi berbasis internet Indonesia dinilai telah mampu tumbuh dua digit sebesar 11% dari Nilai Pasar Bruto (GMV) pada tahun 2020. (*)

Editor: Rezkiana Np

Related Posts

News Update

Top News