Jakarta– Anggota Dewan Komisioner OJK bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen, Kusumaningtuti Soetiono mengungkapkan, saat ini Literasi keuangan Indonesia masih kalah dibanding negara Asean lain seperti Malaysia dan Thailand.
Ia menambahkan, tingkat literasi keuangan di kedua negera tetangga tersebut sudah mencapai 30-40 persen, sedangkan Indonesia baru mencapai 29,6 persen.
“Literasi Malaysia dan Thailand itu di 30-40 persen, kita masih 21,8 persen di 2013, sekarang meningkat jadi 29,6 persen,” kata Kusumaningtuti S Soetiono, saat peluncuran buku literasi keuangan untuk pelajar di Hotel Double Tree, Jakarta, Kamis, 6 Juli 2017
Menurut Titu sapaan akrab Kusumaningtuti, ada banyak kendala untuk mencapai target literasi keuangan dapat tersebar di seluruh Indonesia. Salah satunya, Indonesia sebagai negara kepulauan, sulit dijangkau dengan darat. Sehingga, untuk memberikan edukasi jadi tantangan tersendiri supaya menyeluruh dari kawasan barat ke timur.
“Ada banyak kendala terutama kan kita negara kepulauan sulit dijangkau dengan darat. Jadi untuk berikan edukasi sulit. Kedua juga latar belakang pendidikan, misalnya gender itu selalu perempuan lebih rendah. Ini dua hal yang menurut kami jadi kendala,” kata dia.
Ditambahkan Titu, untuk mempermudah edukasi OJK pun meluncurkan model-model pembelajaran, seperti e-book yang diluncurkan hari ini.
Ia menambahkan, OJK akan terus berupaya menyediakan materi literasi keuangan yang sesuai dengan kebutuhan berbagai lapisan masyarakat agar dapat membentuk masyarakat yang cerdas keuangan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Sebagai data, Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) kedua yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tahun 2016 menunjukkan indeks literasi keuangan sebesar 29,66% dan indeks inklusi keuangan sebesar 67,82%.