Jakarta — Lintasarta meraih penghargaan Top Corporate Social Responsibility (CSR) 2018 dari Top Business yang bekerja sama dengan sejumlah lembaga kredibel lainnya. Dalam kesempatan itu, anak perusahaan dari IndosatOoredoo ini berhasil menyabet dua penghargaan sekaligus.
Setelah melalui proses seleksi dan penilaian yang melibatkan riset lapangan dan wawancara penjurian oleh dewan juri yang terdiri dari kalangan pakar, akademisi, konsultan dan, praktisi CSR, Lintasarta akhirnya dinobatkan sebagai salah satu perusahaan yang berhak meraih penghargaan Top CSR 2018. Bahkan dua penghargaan diraih sekaligus, pertama Lintasarta sebagai pemenang kategori “Top CSR 2018 Sektor ICT (Peringkat I) melalui Appcelerate Program, dan kedua diberikan kepada Direktur Utama Lintasarta, Arya Damar sebagai pemenang kategori “Top Leader on CSR Commitment 2018”. Sebagai pucuk pimpinan perusahaan, Arya Damar dinilai memiliki kepedulian dan komitmen tinggi dalam menjalankan dan mewujudkan program-program CSR di institusi yang dipimpinnya.
“Penghargaan ini sungguh menjadi kebanggakan tersendiri bagi kami, dan tentunya juga seluruh jajaran manajemen perusahaan yang selama ini telah bekerja keras untuk kemajuan perusahaan. Sebagai entitas bisnis, tentunya kami terus berusaha keras mencapai kinerja usaha yang makin tinggi, sesuai target bisnis yang telah ditentukan. Tentu tak hanya mengejar bisnis dan profit, di sisi lain kami senantiasa juga konsisten mengalokasikan sebagian laba untuk program – program sosial kemasyarakatan dan lingkungan, melalui kegiatan CSR. Termasuk memberikan bantuan untuk korban bencana alam dan lainnya,” ujar Direktur Utama Lintasarta, Arya Damar usai menerima penghargaan “Top Leader on CSR Commitment 2018” pada (4/10/2018), petang di Hotel Sultan, Jakarta.
Ditambahkan, bagi Lintasarta program CSR telah menjadi strategi yang inheren dengan pengembangan bisnis perusahaan ke depan agar bisa terus berkelanjutan. Hal ini sekaligus untuk menjaga atau meningkatkan daya saing perusahaan melalui reputasi praktik bisnis yang baik, sebagai bangian dari pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG). Prinsip-prinsip GCG diyakini akan semakin berperan besar dan mutlak diperlukan dalam mendukung kelangsungan usaha perusahaan.
“Program CSR ini juga sejalan dengan upaya kami untuk senantiasa mempertahankan sistem manajemen perusahaan yang GCG. Pelaksanaan program CSR ini ada yang kami lakukan melalui kegiatan yang sifatnya bisa memberikan dampak sosial berkelanjutan untuk peningkatan ekonomi masyarakat, namun ada juga yang sifatnya bantuan langsung. Misalnya santunan langsung, bantuan untuk para korban bencana alam dan sejenisnya,” ujar Arya Damar didampingi Suci Andrini Corporate Communication Manager Lintasarta, dan Ryo Naldho Program Director Appcelerate, Lintasarta.
Misalnya pada saat terjadi gempa bumi di Lombok beberapa wakltu lalu, Lintasarta menyediakan layanan internet menggunakan antena penerima sinyal dari satelit (VSAT) di posko utama di Nusa Tenggara Barat (NTB) untuk mendukung sarana komunikasi penanganan bencana di wilayah tersebut yang memang sangat diperlukan sebagai sarana komunikasi. Hal serupa juga dilakukan untuk memberi bantuan untuk membantu penanganan korban benacana gempa dan tsunami di Palu dan Donggala-Sulawesi Tengah. “Untuk membantu penanganan masalah ini, kita langsung turunkan tim khusus dari Makassar dan tentunya diperkuat dari Pusat untuk membenahi sarana komunikasi yang rusak akibat gempa dan tsunami,” ujarnya.
Menurut Arya Damar, ke depan program CSR akan terus diperkuat sebagai bagian dari strategi bisnis dengan tetap memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dalam hubungannya dengan sosial kemasyarakatan dan lingkungan. Dalam kaitan ini, Lintasarta juga mengembangkan program sosial yang sustainable (berkelanjutan) yang disusun dan dilaksanakan melalui kerja sama dengan pihak lain agar memberikan dampak positif dan manfaat yang lebih besar baik masyarakat, perusahaan itu sendiri maupun para stakeholder yang terkait.
Salah satunya yang cukup membanggakan yakni model social investment melalui program Appcelerate yang dilakukan melalui kerja sama dengan mitra. Di antaranya perguruan tinggi dan pelaku industri, di mana dalam program ini, Lintasarta memberikan bantuan fasilitasi dan juga edukasi mentoring untuk terciptanya ekosistem digital yang bertujuan mendorong lahirnya para start-up (usaha rintisan) berbasis digital di kalangan kaum muda dan mahasiswa. Appcelerate merupakan program CSR Lintasarta dalam bentuk kompetisi rencana bisnis yang berfokus pada inovasi produk berbasis aplikasi digital, seperti mobile application, yang memiliki nilai bisnis dan dapat diterapkan untuk mendukung berbagai kegiatan di sektor industri.
“Untuk program Appcelerate ini Lintasarta sudah kami lakukan dengan mengggandeng perguruan tinggi di Institut Teknologi Bandungn(ITB), Universitas Gadjah Mada (UGM), dan Institut Teknologi Surabaya (ITS). Sejauh ini responnya sangat bagus, makanya ke depan akan terus kami perluas dengan mengadakan kegiatan Appcelerate untuk untuk mendukung pengembangan kreativitas dan inovasi berbasis teknologi digital, di kalangan kaum muda dan mahasiswa. Sekali lagi ini merupakan upaya dan dukungan kami untuk mendorong lahirnya entrepreneur muda, khususnya berbasis digital, sekaligus mendekatkan perguruan tinggi dengan industri. Artinya kalangan kampus itu juga harus bisa mengerti, bisa memberi solusi apa saja kebutuhan dari industri,” ujarnya.
Proses Penilaian
Sebagaimana diungkapkan Ketua Dewan Juri Top CSR 2018 yang juga ketua KNKG, Mas Achmad Daniri, beberapa lembaga yang digandeng dalam Tim penjurian di antaranya Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), Masyarakat CSR Indonesia, SGL Management, Asia Business Research Center, Mitra Bhadra Consulting, Yayasan PAKEM, PPM Manajemen, Alvara, Indonesia CSR Society, Dwika Consulting, Sinergi Daya Prima, dan Solusi Kinerja Bisnis.
Berbeda dengan tahun sebelumnya, proses penjurian dan penilaian tahun ini relatif istimewa karena menggunakan aplikasi Social Responsibility Index (SR Index) ISO 26000. Dengan aplikasi ini, setiap perusahaan peserta dapat mengukur tingkat adopsi CSR-nya terhadap ketentuan di dalam ISO 26000 SR. Secara teknis, ada 253 pertanyaan yang dipersyaratkan atau menjadi ketentuan dalam SR Index ISO 26000. Skor maksimal SR Index yang dapat diraih adalah 759. Dengan mengukur SR Indexnya, maka perusahaan peserta dapat mengukur Index-nya serta meningkatkannya dari waktu ke waktu.
“Inilah salah satu yang membedakan dengan yang lain, di mana juga ada manfaat yang dapat diperoleh bagi Peserta TOP CSR 2018, karena juga ada sesi nilai tambah saat presentasi dan wawancara penjurian berlangsung. Selain itu, peserta juga mendapatkan feedback tertulis untuk pengembangan CSR perusahaan di masa mendatang,” ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, M. Lutfi Handayani – Ketua Penyelenggara TOP CSR 2018 yang sekaligus Pemimpin Redaksi majalah TOP Business menegaskan, bahwa penghargaan TOP CSR ini merupakan pemberian penghargaan CSR tertinggi dan paling komprehensif di Indonesia. (*)