Keuangan

Lewat OJK Infinity 2.0, OJK Buka Peluang Pembiayaan via Tokenisasi

Jakarta – Kementerian Ekonomi Kreatif (Kemenekraf) resmi menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam acara peluncuran Pusat Inovasi OJK Infinity 2.0 yang digelar di Menara Radius Prawiro, Jakarta, Kamis, 24 April 2025.

Sandbox dan Pusat Inovasi OJK Infinity 2.0 menjadi penanda komitmen OJK dalam memperkuat dukungan terhadap ekosistem inovasi teknologi sektor keuangan (ITSK), termasuk sektor ekonomi kreatif (Ekraf) yang selama ini belum sepenuhnya terjangkau oleh sistem pembiayaan konvensional.

Berdasarkan data yang ada, dalam 11 tahun terakhir kontribusi sektor ekonomi kreatif terhadap PDB Indonesia meningkat lebih dari 2 kali lipat dan kini telah mencapai lebih dari Rp1.500 triliun.

“Jumlah tenaga kerja dalam 11 tahun terakhir juga meningkat hampir 2 kali lipat, dari 14 juta orang pada 2023 menjadi lebih dari 26 juta orang pada akhir 2024,” ucap Menteri Ekonomi Kreatif (Menekraf), Teuku Riefky Harsya, pada acara penandatanganan MoU tersebut, Kamis.

Baca juga: Lewat OJK Infinity 2.0, Ekraf Siap Jadi Penggerak Ekonomi Nasional

Demikian juga dengan nilai ekspor produk kreatif turut melonjak dari USD15 miliar pada tahun 2013, menjadi lebih dari USD25 miliar di akhir tahun 2024. Pemerintah Indonesia pun menargetkan sektor ekonomi kreatif dapat berkontribusi ke PDB sebesar 8 persen dalam 5 tahun ke depan.

Di lain pihak, Kepala Eksekutif Pengawas Inovasi Teknologi Sektor Keuangan, Aset Keuangan Digital, dan Aset Kripto (IAKD) OJK, Hasan Fawzi yang turut hadir pada acara itu menjelaskan jika pihaknya selaku salah satu otoritas keuangan, terus mengupayakan kemajuan sektor ekonomi kreatif melalui berbagai strategi. Salah satunya yakni melalui skema tokenisasi pada sistem blockchain.

Tokenisasi aset maupun karya dari para pelaku usaha kreatif dinilai dapat mempermudah akses pembiayaan bagi pelaku usaha kreatif. Industri ekonomi kreatif yang masih tergolong baru di Indonesia tentu masih memerlukan pengenalan dan penerimaan yang lebih luas lagi di masyarakat untuk mendapatkan pendanaan yang masif dari lembaga keuangan konvensional.

“Maka kami ingin melihat kemungkinan menghadirkan uji coba dan pengembangan untuk solusi pembiayaan industri kreatif melalui cara baru. Misalnya, dengan skema tokenisasi ini,” sebut Hasan saat ditemui di kesempatan yang sama.

Baca juga: Pasar Modal Indonesia Volatil, OJK: Masih Ada Kepercayaan dari Investor Retail

Sejumlah jenis usaha kreatif yang ia katakan berpotensi untuk berpartisipasi dalam tokenisasi ini antara lain dari industri film, game, serta musik atau audio. Pihaknya juga sudah menggandeng Asosiasi Game Indonesia dan Asosiasi Blockchain Indonesia untuk mencoba membuat use case terkait tokenisasi dengan underlying proyek dan produk game nasional.

“Kemudian ke depan tentu kalau ada hak kekayaan intelektual yang katakanlah sudah terdaftar secara resmi dan diminati, itu juga dapat menjadi underlying untuk kemudian dibuatkan tokenisasinya,” jelas Hasan.

Lebih lanjut, Hasan menjelaskan bila pihaknya turut mengikutsertakan peran dari penyelenggara Inovasi Teknologi Sektor Keuangan (ITSK) yang sudah lebih dulu resmi berizin dan diawasi oleh OJK, seperti pemeringkat kredit alternatif dan penyelenggara agregasi jasa keuangan untuk membantu melakukan profiling kelayakan kredit dari para pelaku usaha kreatif nasional.

Ini ditujukan agar calon krediturnya, baik dari lembaga perbankan, maupun dari lembaga pembiayaan lainnya seperti fintech atau crowdfunding bisa melihat kelayakan pengajuan pendanaan yang dilakukan oleh pelaku usaha kreatif.

“Nanti kami hadirkan ekosistemnya. Jadi sama seperti sekarang, kalau yang sekarang misalnya tokenisasi dari underlying surat berharga ya nanti tentu surat berharganya betul-betul yang terverifikasi dari pihak resmi. Nah, untuk industri kreatif ini mereka punya appraiser kurator. Jadi, ini yang akan dilakukan dan kewenangannya akan dikoordinasikan di Kementerian Ekonomi Kreatif dulu,” terangnya.

“Tokenisasi proyeknya sendiri misalnya ingin membuat seris animasi tertentu, tapi dengan perencanaan yang baik dan kejelasan proses yang terus kita cukupkan keterbukaan informasi kepada para investor, sehingga ada leveraging sumber pendanaan yang mungkin semula terkendala saat produksi, sekarang mudah-mudahan menjadi jawaban,” sambung Hasan. (*) Steven Widjaja

Yulian Saputra

Recent Posts

Jasindo Ingatkan Pentingnya Proteksi Rumah dan Kendaraan Selama Libur Nataru

Poin Penting Menurut Asuransi Jasindo mobilitas tinggi memicu potensi kecelakaan dan kejahatan, sehingga perlindungan risiko… Read More

14 hours ago

Presiden Prabowo Tegaskan Komitmen Selamatkan Kekayaan Negara

Poin Penting Pemerintah menyelamatkan lebih dari Rp6,6 triliun keuangan negara, sebagai langkah awal komitmen Presiden… Read More

15 hours ago

Bank Mandiri Berikan Relaksasi Kredit Nasabah Terdampak Bencana Sumatra

Poin Penting Bank Mandiri menerapkan perlakuan khusus kredit bagi debitur terdampak bencana di Aceh, Sumut,… Read More

15 hours ago

Kredit BNI November 2025 Tumbuh di Atas Rata-rata Industri

Poin Penting BNI menyalurkan kredit Rp822,59 triliun per November 2025, naik 11,23 persen yoy—melampaui pertumbuhan… Read More

17 hours ago

Cek Jadwal Operasional BSI Selama Libur Nataru 2025-2026

Poin Penting BSI menyiagakan 348 kantor cabang di seluruh Indonesia selama libur Natal 2025 dan… Read More

17 hours ago

Update Harga Emas Hari Ini: Galeri24 dan UBS Kompak Merosot, Antam Naik

Poin Penting Harga emas Pegadaian turun jelang libur Nataru 2025/2026, dengan emas Galeri24 turun Rp22.000… Read More

20 hours ago