Oleh Ignasius Jonan, Bankir Senior, Direktur Utama KAI 2009-2014, Menteri Perhubungan 2014-2016, Menteri ESDM 2016-2019
SEMUA orang sedang mengarungi kondisi sulit akibat krisis kesehatan yang kemudian menimbulkan krisis ekonomi. Di tengah ketidakpastian tentang kapan masa sulit ini akan berakhir atau masalah yang ada bisa diselesaikan, orang selalu membutuhkan harapan untuk masa depan setelah periode yang sulit. Kita mengenal istilah light at the end of the tunnel. Di sinilah makanya seorang pemimpin atau leader dibutuhkan. Tentunya pemimpin yang dipercaya bisa mewujudkan harapan tersebut.
Pemimpin dipercaya karena pengalaman dan visinya. Karena visi pada dasarnya sederhana dan semua orang bisa menulis visi, maka yang lebih dibutuhkan adalah kemampuan seorang pemimpin untuk mewujudkan visi tersebut. Kemampuan dan integritas seorang pemimpin bisa terlihat dari tindakan dan perbuatannya. Makanya seorang leader harus bisa memberi contoh atau leadership by example. Memberi contoh kelihatannya mudah tapi itu sulit dilakukan bagi mereka yang tidak punya kualitas sebagai pemimpin. Makanya kemampuan seorang pemimpin bisa dibuktikan melalui kemampuannya memberi contoh.
Peter F Drucker, guru manajemen terkenal juga mengatakan bahwa para pemimpin efektif yang pernah ditemuinya itu umumnya terbiasa melakukan hal-hal sederhana seperti memberi contoh. Ciri-ciri lainnya adalah mereka berorientasi kepada hasil, bukan popularitas, dan mereka sangat mengutamakan tanggung jawab bukan pangkat, hak istimewa, atau uang.
Menurut saya, kalau seorang pemimpin bisa menjadi orator yang baik itu membantu. Kalau seorang pemimpin punya empati maka itu sangat membantu. Tapi kalau seorang pemimpin tidak memberi contoh atau pasif maka dia sulit untuk memimpin. Leadership by example itu berlaku di mana-mana, apalagi dalam kondisi yang sedang kritis atau kondisi yang penuh tantangan.
Makanya waktu saya ditugaskan memperbaiki Kereta Api Indonesia (KAI) pada 2009 dan saya berhadapan dengan kultur dan mental birokrasi yang cenderung minta dilayani, maka saya harus mengubah mental dan kultur tersebut pun dengan cara lebih banyak memberi contoh. Agar spirit melayani tertanam di seluruh insan kereta api, maka saya sendiri harus lebih dulu membangun spirit melayani orang lain. Ketika saya menekankan kepada seluruh direksi dan jajaran KAI untuk melihat kondisi antrian yang berjubel, toilet di stasiun dan gerbong yang kotor dan harus diperbaiki, maka saya juga blusukan dari stasiun ke stasiun lain untuk melihat langsung ke lapangan, serta memberi arahan dan contoh bagaimana mengimplementasikan rencana-rencana perbaikan pelayanan di KAI.
Kemudian, ketika saya mengatakan uniform adalah ekspresi kebanggaan kepada perusahaan dan menekankan kepada seluruh direksi dan jajaran KAI untuk mengenakan uniform, maka saya pun selalu mengenakan seragam KAI di setiap hari kerja, termasuk dalam perjalanan dinas. Meskipun beberapa kali saya diusir oleh protokol ketika masuk ke ruangan VVIP atau VIP di sebuah acara formal karena mereka tidak yakin kepada saya sebagai direktur utama yang mengenakan seragam KAI, tapi saya katakan bahwa pemimpin itu memang bukan soal pangkat, hak istimewa, gelar, atau popularitas. Memimpin itu masalah tanggung jawab dan hasil, dan saya harus melakukan apa yang saya katakan. Saya menyelesaikan tugas di KAI pada 2014 dan apabila saya ditanya bagaimana memperbaiki sistem perkeretaapian di Indonesia, maka apa yang saya katakan itu pasti sudah saya kerjakan.
Sebagai kesimpulan, leading by example adalah prinsip yang tidak diomongkan atau diskusikan, tapi dijalankan dengan kesungguhan dan konsistensi oleh para pemimpin yang ingin menciptakan hasil, apalagi para pemimpin bisnis yang saat ini sedang mengarungi kondisi yang sedang krisis akibat pandemi COVID-19 dan membutuhkan terobosan untuk menciptakan hasil yang berbeda. Seorang pemimpin meminta bawahannya berbuat baik tapi dirinya sendiri tidak berbuat baik maka kata-katanya tidak akan menghasilkan perubahan apa-apa. Words mean nothing when your actions contradict. Apa yang dilakukan anak buah itu mengikuti tindakan apa yang sudah dicontohkan pemimpinnya.
Seperti dikatakan Simon Sinex, penulis dan motivator asal Inggris, how management choose to treat its people impact everything for better or for worse. (*)