Lanjut Menguat, IHSG Kembali Dibuka Menghijau ke Level 7.345

Lanjut Menguat, IHSG Kembali Dibuka Menghijau ke Level 7.345

Jakarta – Pada pembukaan perdagangan pagi ini pukul 9.00 WIB (7/3) indeks harga saham gabungan (IHSG) kembali dibuka pada zona hijau ke level 7.345,35 atau menguat 0,21 persen dari level 7.329,93.

Berdasarkan statistik RTI Business pada perdagangan IHSG hari ini, sebanyak 505,41 juta saham diperdagangkan, dengan frekuensi perpindahan tangan sebanyak 22 ribu kali, serta total nilai transaksi tercatat mencapai Rp302,30 miliar.

Kemudian, tercatat terdapat 95 saham terkoreksi, sebanyak 144 saham menguat dan sebanyak 255 saham tetap tidak berubah.

Baca juga: OJK Sebut Pasar Saham Masih Tangguh di Tengah Perlambatan Ekonomi Global, Ini Buktinya

Sebelumnya, Pilarmas Investindo Sekuritas, memprediksi IHSG secara teknikal pada hari ini akan berpotensi menguat terbatas dengan rentang level di 7.250 hingga 7.350.

“Berdasarkan analisa teknikal, kami melihat IHSG berpotensi menguat terbatas dengan support dan resistance di level 7.250-7.350,” ucap manajemen Pilarmas dalam risetnya di Jakarta, 7 Maret 2024.

Selain itu, Pilarmas juga menyoroti pernyataan The Fed yang tidak akan terburu buru untuk menurunkan tingkat suku bunga sampai The Fed, yakin bahwa mereka telah memenangkan pertarungan melawan inflasi.

Di mana, nantinya tingkat suku bunga akan diturunkan. Namun setidaknya untuk saat ini, para pejabat belum siap untuk itu. Hal ini pun seiring sejalan dengan dengan data ekonomi yang keluar, dimana perekonomian dan ketenagakerjaan masih sangat kuat.

Sehingga, para pembuat kebijakan membutuhkan waktu yang lebih lama, serta data yang lebih banyak untuk bisa memastikan apakah inflasi mampu mencapai target yang mereka inginkan atau tidak.

Baca juga: BEI Gelar Penghargaan Galeri Investasi 2024, Ini Kategori Penilaiannya

Adapun dari domestik posisi cadangan devisa diproyeksikan akan menurun menjadi sebesar USD144 miliar di Februari 2024, proyeksi tersebut tentunya dipengaruhi oleh kondisi global yang berdampak pada penuruan surplus perdagangan akibat rendahnya permintaan global.

Meskipun terjadi penurunan cadangan devisa namun demikian posisi cadangan tersebut dapat dikatakan masih tinggi. (*)

Editor: Galih Pratama

Related Posts

News Update

Top News