Jakarta – Sektor pertanian menjadi salah satu sektor penyangga ketahanan pangan di Indonesia. Oleh karena itu, sektor ini memerlukan transformasi pertanian agara dapat bersaing di era digital. Namun, Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (PERHEPI) menyatakan bahwa transformasi pertanian terhambat karena kurangnya SDM berkualitas di sektor pertanian.
Ketua Umum PERHEPI dan Rektor Perbanas Institute Hermanto Siregar mengungkapkan bahwa sekitar 70% petani Indonesia berpendidikan rendah, tamatan SD atau lebih rendah. Selain itu, kurangnya regenerasi petani juga berkontribusi terhadap menurunnya produktivitas sektor pertanian. Ia menilai, perlu ada program regenerasi petani dari kalangan terpelajar dan terdidik.
“Menghadapi kondisi petani yang berpendidikan dan berketerampilan rendah serta tergolong ageing (menua), maka diperlukan program penyiapan petani muda terdidik,” ujar Hermanto di Jakarta, 18 Februari 2020.
Pada kesempatan yang sama, Mirah Midadan, Peneliti INDEF menyampaikan penyebab minimnya regenerasi SDM sektor pertanian terjadi karena pergeseran struktural dari SDM sektor pertanian ke sektor non-pertanian. Ia menilai bahwa milenial menjadi kurang tertarik pada sektor pertanian karena melihat fakta petani yang kurang sejahtera.
“Jumlah SDM sektor pertanian generasi milenial menurun sejak 3 tahun terakhir. Adanya pergeseran sektoral dari sdm sektor pertanian ke sektor non-pertanian. Dengan melihat fakta yang ada, mengapa milenial tak tertarik di pertanian? Karena petani cenderung tidak sejahtera,” ucapnya.
Lebih jauh, Mirah berpendapat bahwa harus ada link and match antara suplai sektor pertanian di pedesaan dan permintaan sektor pangan di perkotaan. Dengan begitu, produksi sektor pertanian di pedesaan dapat meningkat dan meningkatkan kesejahteraan petani. (*) Evan Yulian Philaret