Jakarta – Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS pada perdagangan hari ini (19/4) diperkirakan akan kembali terdepresiasi akibat sentimen negatif dari penurunan lanjutan harga minyak mentah dunia.
“Laju rupiah mengalami tekanan seiring dengan meningkatnya demand atas dollar AS yang membuat trennya menjadi positif,” ujar analis PT NH Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada dalam risetnya di Jakarta, Selasa, 19 April 2016.
Reza mengatakan, penurunan harga minyak dunia dimanfaatkan dollar AS untuk melaju di zona hijau. “Kiranya perlu mewaspadai penurunan lanjutan pada rupiah. Support rupiah di level 13.210, sedangkan resisten di level 13.199,” tukasnya.
Menurutnya, pertemuan negara-negara eksportir minyak di Doha yang gagal mencapai kesepakatan terkait supply dan demand cadangan minyak, membuat harga minyak dunia kembali tertekan dan diikuti oleh pelemahan sejumlah harga komoditas.
“Harapan akan penguatan rupiah pun gagal terpenuhi. Bahkan imbas positif dari penerapan kebijakan arah suku bunga acuan menjadi BI 7-Day Reverse Repo Rate pun perlahan mulai berkurang dan tertutupi sentimen negatif dari kenaikan jumlah utang luar negeri,” ucapnya.
Sebagai informasi, posisi Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia tumbuh 3,7% (yoy) menjadi US$311,5 miliar pada Februari 2016. Berdasarkan jangka waktu asal, pertumbuhan ULN itu dipengaruhi ULN jangka panjang yang meningkat, sementara ULN jangka pendek menurun.
“Sebelumnya kami sampaikan bahwa tren pelemahan rupiah kembali dihadang, karena laju rupiah mampu bergerak positif. Dengan asumsi pelaku pasar masih merespons sentimen positif, maka rupiah berpeluang menguat,” tutup Reza. (*)