Jakarta – PT Bank Mandiri (Persero), Tbk (Bank Mandiri) hingga akhir 2020 membukukan laba bersih senilai Rp17,1 triliun. Angka tersebut tercatat menyusut 37,71% bila dibandingkan dengan pencapaian tahun 2019 di angka Rp27,4 triliun.
Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi menjelaskan, pencapaian laba di 2020 didorong oleh pertumbuhan fee based income yang tumbuh sebesar 4,9% yoy menjadi Rp28,7 triliun, dimana salah satu penyumbang utama adalah pendapatan dari transaksi online.
“Kami cukup confident dengan respon yang kami lakukan pada situasi pandemi ini. Oleh karena itu, meski laba bersih tahun lalu terkontraksi 37% menjadi Rp17,1 triliun, kami optimis kinerja Bank Mandiri akan mengalami rebound pada tahun ini,” kata Darmawan dalam paparan kinerja Bank Mandiri 2020 di Jakarta, Kamis 28 Januari 2021.
Dirinya menambahkan, frekuensi transaksi pada aplikasi Mandiri Online sepanjang 2020 telah mencapai lebih dari 600 juta transaksi dengan nilai transaksi mencapai lebih dari Rp1.000 triliun.
“Khusus aplikasi Mandiri Online yang menjadi produk utama digital banking Bank Mandiri, kami senang karena aplikasi ini semakin menjadi pilihan nasabah dalam bertransaksi. Ini terlihat dari jumlah pengguna aktif aplikasi ini yang naik signifikan sebesar 40% menjadi 4,5 juta pengguna pada tahun lalu,” ucapnya.
Darmawan mengatakan, pencapaian laba Bank Mandiri pada tahun lalu juga tak lepas dari kinerja solid perusahaan anak yang berkontribusi 22,5% terhadap laba perseroan dimana asset perusahaan anak tumbuh masih 15,1%.
Sementara itu, untuk penyaluran kredit perseroan tercatat sebesar Rp892,8 triliun hingga akhir 2020. Pncapaian ini mengalami kontraksi -1,61% bila dibandingkan dengan tahun 2019 yang mencapai Rp907,4 triliun. Namun demikian, pencapaian tersebut masih diatas pertumbuhan industri nasional yang terkontraksi -2,41%.
Darmawan mengatakan, pencapaian ini mengindikasikan bahwa strategi penyaluran kredit Bank Mandiri telah sejalan dengan keinginan untuk tumbuh secara sustain dalam jangka panjang. “Penyaluran kredit perseroan yang terkontraksi -1,61% yoy secara ending balance, masih lebih baik bila dibandingkan kontraksi -2,41% yang dialami perbankan nasional,” ucapnya.
Sedangkan untuk penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Mandiri secara konsolidasi pada akhir 2020 tercatat masih tumbuh 12,24% yoy, menjadi Rp1.043,3 triliun. Pertumbuhan DPK ini juga masih lebih baik bila dibandingkan dengan industri perbankan yang tumbuh 11,1%.
“Kami menerapkan kebijakan penyaluran kredit secara prudent dan selektif kepada targeted customer dengan mempertimbangkan sektor yang masih potensial dan pemulihannya lebih cepat. Hasilnya, kami mampu menjaga kualitas kredit sehingga rasio NPL konsolidasi masih baik di 3,09%,” ujar Darmawan.
Kedepanya, Bank Mandiri mengaku terus mengantisipasi pembengkakan NPL akibat dampak dari perpanjangan restrukturisasi kredit. Dimana diketahui hingga 31 Desember 2020 Bank Mandiri telah melakukan restrukturisasi kredit kepada 543.756 debitur dengan nilai mencapai Rp123,4 triliun.
Atas kinerja tersebut, aset Bank Mandiri pun secara keseluruhan hingga akhir 2020 telah mencapai Rp1.429 triliun atau masih dapat tumbuh 8,43% bila dibandingkan dengan pencapaian tahun 2019 sebesar Rp1.318 triliun. (*)
Editor: Rezkiana Np