Jakarta–PT Bank Permata Tbk (PermataBank) mengumumkan kinerja operasional bank yang membaik meski kondisi ekonomi makro penuh tantangan pada periode triwulan yang berakhir 31 Maret 2016 (konsolidasi dan sebelum audit).
Laba Operasional Sebelum Pencadangan PermataBank mengalami pertumbuhan 7% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (yoy), didukung oleh pertumbuhan pendapatan dengan terus mempertahankan kontrol yang kuat pada biaya.
“Namun demikian, Bank mencatatkan kerugian pada kuartal pertama mengingat Bank mengalokasikan beban pencadangan (provision expense) dalam jumlah yang signifikan. Beban pencadangan yang lebih tinggi ini merupakan langkah terencana yang diambil untuk meningkatkan kualitas aset Bank,” jelas Roy Arfandy, Direktur Utama PermataBank dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Senin 25 April 2016.
Dibandingkan dengan kuartal IV tahun 2015, beban pencadangan turun 24%, sementara kerugian turun 46%.
Sandeep Jain, Direktur Keuangan PermataBank menambahkan total pendapatan operasional tumbuh 4% yoy menjadi Rp2,17 triliun, didorong oleh peningkatan marjin bunga bersih, pertumbuhan pendapatan berbasis komisi (fee based income) yang kuat, serta tingginya kenaikan pendapatan Syariah sebesar 13%.
“Pencapaian-pencapaian tersebut, bersama dengan rights issue senilai Rp 5,5 triliun yang rencananya akan dilakukan di bulan Juni, akan memperkuat landasan pertumbuhan Bank,” kata Sandeep.
Pendapatan bunga bersih tumbuh menjadi Rp1,54 triliun dari Rp1,50 triliun pada tahun sebelumnya, berkat penurunan biaya pendanaan yang didukung oleh peningkatan porsi giro dan tabungan (CASA), kendati mencatat penurunan kredit sebesar 6%.
Pendapatan berbasis komisi tumbuh menjadi Rp624 miliar dari Rp594 miliar di tahun sebelumnya, terutama didorong oleh kinerja kegiatan treasury serta layanan investasi yang baik. Bank senantiasa mengelola biayanya secara disiplin dengan melakukan investasi berkelanjutan pada SDM, teknologi, jaringan dan cabang.
Biaya operasional meningkat hanya 1% yoy, sehingga menghasilkan positive jaws sebesar 3% (pertumbuhan pendapatan sebesar 4% dikurangi pertumbuhan biaya sebesar 1%) dan membaiknya rasio biaya terhadap pendapatan (CIR) yang tercatat di angka 53%, dari 54% pada tahun sebelumnya.
Mengingat kondisi perekonomian yang terus menurun secara keseluruhan, Bank mengalami tekanan portofolio yang signifikan, terutama sejak semester kedua 2015, dengan meningkatnya kredit bermasalah (NPL). Rasio NPL Gross dan Net masing-masing naik menjadi 3,5% dan 1,8% per 31 Maret 2016, dari 1,6% dan 0,6% di tahun sebelumnya.
Beban pencadangan naik 552% yoy menjadi Rp1,55 triliun. Hal ini menyebabkan dicatatkannya kerugian bersih sebesar Rp376 miliar, dibandingkan dengan laba bersih senilai Rp567 miliar setahun sebelumnya dan kerugian bersih senilai Rp691 miliar pada Kuartal IV-2015.
Bank mencatatkan peningkatan beban pencadangan yang signifikan demi meningkatkan rasio pengamanan, memperbaiki kualitas aset, serta menempatkan Bank dalam posisi yang strategis untuk meraih pertumbuhan di masa depan, dengan catatan kondisi ekonomi makro semakin membaik.
Sementara itu, Marjin Bunga Bersih meningkat menjadi 3,9% di kuartal pertama 2016 dari 3,6% di tahun sebelumnya, berkat keberhasilan Bank meningkatkan komposisi CASA-nya dan memangkas pertumbuhan deposito yang relatif mahal.
Total aset hingga 31 Maret 2016 mengalami penurunan sebesar 8% yoy menjadi Rp 175 triliun, terutama didorong oleh penurunan kredit sebesar 6% yoy menjadi Rp 123 triliun pada Maret 2016.
Likuiditas tetap terjaga sehat dengan rasio loan-to-deposit ratio (LDR) sebesar 90% di penghujung Maret 2016, dibandingkan dengan 89% di tahun sebelumnya. Bank berhasil mengurangi deposito berbiaya mahal sejalan dengan penurunan kredit demi mengelola LDR-nya dan di saat yang sama memperbaiki struktur pendanaannya dengan meningkatkan basis CASA-nya. Oleh karena itu, rasio CASA meningkat menjadi 38% pada Maret 2016 dibandingkan dengan 34% pada periode yang sama tahun sebelumnya.
PermataBank secara berkesinambungan mempertahankan tingkat permodalan yang aman terhadap Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR – risk weighted assets) dan mengakhiri periode tersebut dengan rasio modal inti utama (Common Equity Tier 1 atau CET-1) sebesar 10,9% serta Rasio Kecukupan Modal (CAR) sebesar 15,1%. Ekuitas pemegang saham tumbuh 5% yoy menjadi Rp 18,5 triliun pada akhir Maret 2016. Bank pun kini sedang dalam proses menyelesaikan rights issue senilai Rp 5,5 triliun pada paruh pertama 2016 seperti yang telah diumumkan sebelumnya, sambil menunggu persetujuan akhir Regulator. (*)
Editor: Paulus Yoga