Jakarta – PT Bank Maybank Indonesia, Tbk (Maybank Indonesia) sepanjang tahun 2020 membukukan laba bersih setelah pajak dan kepentingan non pengendali (PATAMI) sebesar Rp1,3 triliun, angka tersebut turun bila dibandingkan Rp1,8 triliun pada 2019.
Kinerja Maybank Indonesia yang turun diakibatkan oleh penurunan cost of fund yang berkesinambungan dan pengelolaan overhead cost yang efektif. Overhead cost turun 10,7% menjadi Rp5,7 triliun sebagai dampak dari pengelolaan anggaran biaya yang dilakukan secara berkelanjutan di seluruh organisasi seiring dengan pengurangan biaya umum dan administrasi sehubungan pelaksanaan work from home selama pandemi.
“Kinerja kami terpengaruh oleh tantangan yang tak diduga akibat pandemi Covid-19. Meski demikian, kami mampu mengatasi penurunan pertumbuhan pendapatan dari kredit dengan menjaga fee income yang dikontribusikan oleh pendapatan dari Global Market, Wealth Management dan Bancassurance,” kata Presiden Direktur Maybank Indonesia Taswin Zakaria melalui keterangan resminya di Jakarta, Jumat, 19 Febuari 2021.
Maybank Indonesia juga mencatat penurunan pendapatan sebesar 10% sebagai akibat dari menurunnya fee income dan net interest income yang terdampak oleh penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan melambatnya aktivitas usaha di masa pandemi Covid-19.
Tak hanya itu, Fee based income Maybank Indonesia juga turun 8,0% menjadi Rp2,4 triliun per Desember 2020 dari Rp2,6 triliun di periode yang sama tahun lalu. Selain itu, Laporan Keuangan Maybank Indonesia di tahun 2019 mencatat pendapatan one-off dari penyelesaian arbitrase domestik dan pendapatan terkait perpajakan sebesar Rp219 miliar.
Apabila dihitung tanpa memasukkan pendapatan one-off tersebut, maka recurring fee income Bank masih bertumbuh tipis sebesar 0,5%. Hal ini dikarenakan pendapatan dari transaksi terkait Wealth Management dan Global Market, yang tumbuh lebih dari dua kali lipat di tahun 2020. Kenaikan ini membantu mengimbangi penurunan biaya kredit dan penurunan aktivitas bisnis yang terdampak oleh pandemi.
“Di saat yang sama, pembatasan kegiatan masyarakat dan kebijakan social distancing telah mengubah perilaku konsumen untuk lebih mengandalkan transaksi secara online. Hal ini mempercepat pertumbuhan digital banking kami,” kata Taswin.
Sementara itu Taswin menambahkan, untuk pendapatan bunga bersih (net interest income) turun 11,1% menjadi Rp7,3 triliun karena penurunan saldo kredit. Maybank Indonesia juga mengambil langkah untuk menjaga pertumbuhan kredit secara selektif akibat pandemi. Margin Bunga Bersih (net interest margin) turun 51 basis poin menjadi 4,6% pada akhir Desember 2020 akibat penurunan imbal hasil dari pemberian kredit (loan yields).
Menurutnya, penurunan loan yields terjadi seiring dengan turunnya suku bunga acuan Bank Indonesia dan akibat dari restrukturisasi kredit kepada nasabah yang terdampak pandemi Covid-19.Bank akan terus disiplin dalam menentukan suku bunga pinjaman dan senantiasa aktif dalam pengelolaan likuiditas untuk memitigasi tekanan pada margin.
Pendanaan dan Perkreditan
Sedangkan untuk simpanan nasabah, termasuk dana yang terkumpul melalui platformdigital banking, tumbuh sebesar 4,0% menjadi Rp115,0 triliun dari Rp110,6 triliun. Total dana CASA terdongkrak 13,0% menjadi Rp45,8 triliun per Desember 2020 dibandingkan dengan Rp40,5 triliun pada Desember 2019. Hal ini didukung oleh strategi Maybank Indonesia untuk mengurangi dana berbiaya tinggi dengan meningkatkan penggunaan digital banking dan upaya menambah jumlah nasabah korporasi.
“Beban provisi kredit meningkat sebesar 16,5% menjadi Rp2,1 triliun pada Desember 2020 disebabkan oleh penerapan standar akuntansi baru PSAK 71. Selain itu, Bank juga mengambil langkah konservatif untuk mengalokasikan provisi di hampir seluruh portofolio bisnis sebagai respons terhadap pandemi Covid-19,” kata Taswin.
Maybank Indonesia juga senantiasa aktif menjaga kualitas aset dan liabilitas untuk memastikan agar Bank dapat menjalankan operasional yang didukung oleh ketersediaan funding dan cost yang optimal di setiap saat. Rasio Kredit terhadap Simpanan/Loan-to-Deposit (LDR-Bank saja) berada pada tingkat yang sehat sebesar 79,2% sementara Rasio Cakupan Likuiditas/Liquidity Coverage Ratio (LCR-Bank saja) berada di level 214,1% per Desember 2020, jauh melampaui kewajiban minimum sebesar 100%.
Menurutnya, pandemi telah berdampak pada menurunnya permintaan kredit. Selaras dengan langkah Bank dalam mengelola risiko di tengah pandemi, Bank secara responsif mengambil langkah untuk memantau aset di seluruh segmen bisnis dan bersama-sama dengan para nasabah mengevaluasi dampak pandemic terhadap bisnis mereka. Bank memanfaatkan program relaksasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) secara selektif dan memfasilitasi program restrukturisasi dan menjadwal ulang pembayaran kredit untuk membantu nasabah mempertahankan kelangsungan bisnis.
Total kredit yang disalurkan di tahun 2020 turun 14,1% menjadi Rp105,3 triliun. Segmen kredit Community Financial Services (CFS) Non-Ritel turun 23,8% menjadi Rp36,8 triliun dan kredit CFS Ritel turun 19,3% menjadi Rp34,0 triliun. Sementara segmen Global Banking membukukan pertumbuhan kredit sebesar 7,4% di Desember 2020 dibandingkan periode yang sama tahun lalu menjadi Rp34,5 triliun.
Tingkat Non-Performing Loan (NPL) tercatat sebesar 4,0% (gross) dan 2,5% (net) pada Desember 2020 dibandingkan dengan 3,3% (gross) dan 1,9% (net) pada Desember 2019. NPL Bank berangsur membaik di setiap kuartal sejak semester I 2020, yaitu berada pada 5,0% (gross) di Juni 2020 dan 4,3% (gross) di September 2020.
Taswin mengatakan, Maybank Indonesia senantiasa menempuh langkah proaktif untuk mengantisipasi dampak (dari pandemi) terhadap seluruh portofolio-nya. Selain itu Bank juga tetap waspada dalam menjaga kualitas aset dengan melakukan pendekatan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko yang ketat.
Sedangkan untuk posisi permodalan Maybank Indonesia kokoh dengan Rasio Kecukupan Modal (CAR) sebesar 24,3% pada Desember 2020 dibandingkan dengan 21,4% pada periode yang sama tahun lalu, dan total permodalan naik menjadi Rp27,1triliun pada Desember 2020, naik dari Rp26,8 triliun pada Desember 2019. (*)
Editor: Paulus Yoga