Jakarta – PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) pada semester pertama 2016 ini berhasil mencatat laba Rp4,37 triliun, tumbuh 79,9% dibanding periode yang sama tahun 2015. Seperti diketahui, pada semester pertama tahun 2015, secara setahunan (year on year/yoy) anjlok 50,8% karena peningkatan NPL (Non Performing Loans) sehingga Perseroan meningkatkan CKPN (Cadangan Kerugian Penurunan Nilai).
Kenaikan laba bersih pada kuartal kedua ini ditopang oleh kinerja fungsi intermediasi BNI, meski suku bunga kredit segmen kecil telah diturunkan sejak awal 2016, serta kondisi ekonomi yang melambat Perseroan tetap mencatatkan pertumbuhan kredit 23,7% dari Rp288,72 triliun menjadi Rp357,22 triliun.
Pertumbuhan kredit sepanjang semester pertama ini didominasi oleh kredit Business Banking sebesar 25,6% yoy, sehingga kontribusinya terhadap total kredit BNI di level 73%. Secara keseluruhan segmen Business Banking mencatat penyaluran sebesar Rp260,79 triliun. Penyaluran kredit Business Banking segmen Korporasi mencapai 25,1% dari total kredit BNI, BUMN sebesar 18,2%, Menengah 16,3% dan Kecil 13,4%.
Sementara, Kredit Usaha Rakyat juga tumbuh Ro7,3 triliun atau naik 331% dibanding periode yang sama tahun lalu. Portofolio kredit program pemerintah itu menyumbang 19,9% terhadap portofolio kredit BNI. Sedangkan Kredit Kosnumer BNI berkontribusi sebesar 17,1% terhadap total kredit BNI yaitu mencapai Rp60,79 triliun atau naik dibanding periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp53,49 triliun. Produk-produk konsumer yang mendominasi adalah BNI Griya yang mencapai 58,3% dari total kredit konsumer BNI, diikuti Kartu Kredit 16,5%, kemudian produk BNI Fleksi yanv menjadi 10,9% dari total kredit konsumer.
Direktur Utama BNI Achmad Baiquni mengatakan BNI tetap dapat mendorong kredit sekaligus mencetak Marjin Bunga Bersih (net interest margin/NIM) di atas 6%. Hal ini didorong oleh penurunan cost of funds dari 3,2% pada Juni 2015 menjadi 3,1% pada Juni 2016.
“Cost of funds tetap mengalami perbaikan karena penurunan suku bunga dana deposito pada umumnya, hal ini terjadi di sepanjang semestyer satu 2016,” kata Baiquni dalam Konferensi Pers di Jakarta, Jumat 22 Juli 2016. Dana Pihak Ketiga (DPK) Perseroan memang masih didominasi dana murah (tabungan dan giro) yang mencapai 60,4% dari total DPK.(*)
Editor : Apriyani K