Kurangi Tekanan Dolar, BI Tambah Instrumen Moneter Berbasis Yuan-Yen

Kurangi Tekanan Dolar, BI Tambah Instrumen Moneter Berbasis Yuan-Yen

Poin Penting

  • BI memperluas instrumen moneter valas dengan menambah instrumen spot dan swap dalam Yuan (CNY) dan Yen (JPY) untuk memperkuat stabilisasi rupiah.
  • Perluasan bertujuan memperkuat pasar valas domestik, terutama Yuan/Renminbi yang selama ini sulit diperoleh di dalam negeri.
  • Transaksi Local Currency Transaction (LCT) dengan China meningkat, mencapai USD 1 miliar per bulan dan naik 1,6 kali lipat jumlah pesertanya hingga Oktober 2025.

Jakarta – Bank Indonesia (BI) akan memperluas instrumen operasi moneter valuta asing melalui instrumen spot dan swap dalam valuta Chinese Yuan (CNY) dan Japanese Yen (JPY) terhadap rupiah. Kebijakan ini terintegrasi dengan pengembangan pasar uang dan pasar valuta asing (valas).

Gubernur BI, Perry Warjiyo menjelaskan bahwa langkah tersebut bertujuan memperkuat strategi operasi moneter pro-market guna mendukung stabilisasi nilai tukar rupiah dan meningkatkan efektivitas transmisi kebijakan moneter.

“Memperluas instrumen operasi moneter valuta asing dengan instrumen spot dan swap dalam valuta Chinese Yuan (CNY) dan Japanese Yen (JPY) terhadap rupiah,” kata Perry dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, Rabu 19 November 2025.

Baca juga: Rupiah Melemah 0,69 Persen! BI Langsung Bergerak, Simak Langkah Stabilitasnya

Deputi Gubernur Senior BI, Destry Damayanti menambahkan, perluasan instrumen tersebut diharapkan memperkuat pasar valas dalam Yuan atau Renminbi maupun Yen di dalam negeri. Selama ini, kata Destry, Indonesia kesulitan mendapatkan Yuan di pasar domestik.

Langkah tersebut akan dimulai melalui transaksi melalui Local Currency Transaction (LCT) dengan China yang terus meningkat, mencapai USD1 miliar dalam satu bulan.

Baca juga: Rupiah Ambles Rp16.000, Airlangga: Masih Lebih Baik dari Ringgit dan Yuan

“Inilah salah satu yang kami coba perbaiki, di mana kita membuka instrumen untuk operasi moneter dan juga untuk di pasar nantinya, yaitu untuk Indonesia-renminbi atau renminbi-rupiah. Ini contohnya sehingga akan mengurangi tentunya tekanan ke dolar, karena selama ini mereka beli dolar dulu, habis itu baru di-convert ke renminbi,” jelas Destry.

Transaksi LCT Terus Meningkat

Adapun, LCT hingga Oktober 2025 naik 1,6 kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun lalu, dengan jumlah pesertanya mencapai 15.473. Angka ini naik signifikan dari 5.053 peserta pada 2024. (*)

Editor: Yulian Saputra

Related Posts

News Update

Netizen +62