Jakarta – Bank Indonesia (BI) terus mendorong ekonomi syariah untuk tumbuh berkembang. Hal ini sejalan dengan jumlah penduduk Indonesia yang mayoritas bergama muslim. Menurut BI, selain di sektor keuangan syariah, Indonesia juga dianggap memiliki potensi untuk mengembangkan industri halal seperti di sektor makanan dan fesyen.
Demikian pernyataan tersebut seperti disampaikan oleh Kepala Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah, BI Anwar Bashori, di Jakarta, Senin, 24 September 2018. Dia mengungkapkan, bahwa ekonomi syariah tidak hanya melulu pada sektor keuangan saja, melainkan juga sektor riil yang diharapkan dapat berkontribusi ke perekonomian RI.
“Kita ingin industri halal berkembang memang ini kandungan lokalnya tinggi. Jadi kita tidak perlu impor untuk mengembangkan industri itu,” ujarnya di Jakarta, Senin, 24 September 2018.
Untuk mendorong ekonomi syariah, tambah dia, Indonesia juga memerlukan kawasan khusus syariah atau industri halal. Di mana, selama ini kawasan khusus industri halal di Indonesia sendiri masih sangat terbatas, sehingga untuk meningkatkan potensi industri yang berbasis syariah tersebut, diperlukan kawasan khusus industri halal.
“Kita sudah rapat dengan Kementerian terkait yang akan fokus membangun kawasan ini. Dalam kawasan ini, konsep halal diterapkan di semua bagian sehingga lebih terjamin,” ucapnya.
Terlebih, kata dia, selama ini banyak investor yang berminat untuk berinvestasi dalam pengembangan industri halal di Indonesia. Untuk itu, Bank Indonesia bersama dengan Pemerintah terus mendorong agar pengembangan ekonomi syariah tidak hanya berfokus pada keuangan syariah saja, melainkan juga sektor lainnya.
“Ini selanjutnya dikhususkan untuk industri yang besar, kalau yang kecil-kecil jangan dulu, jadi ini memudahkan investor untuk masuk, ke depannya,” paparnya. (*)