Jakarta – Survei Harga Properti Residensial (SHPR) yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) di kuartal III 2017 mengindikasikan, bahwa harga properti residensial di pasar primer tumbuh melambat jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.
Melambatnya pertumbuhan harga properti residensial di pasar primer ini tercermin dari Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) di kuartal III 2017 yang tumbuh sebesar 0,50 persen (quarter to quarter/qtq), lebih rendah dibandingkan 1,18 persen (qtq) pada kuartal sebelumnya.
Seperti dikutip dari laman BI, di Jakarta, Senin, 13 November 2017 menyebutkan, kenaikan harga properti terjadi pada semua tipe rumah, dengan kenaikan terbesar pada rumah tipe menengah. Berdasarkan wilayah, kenaikan tertinggi terjadi di Bandar Lampung.
Namun demikian, jika dilihat secara tahunan, indeks harga properti tumbuh sebesar 3,32 persen (year on year/yoy), atau lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan di kuartal sebelumnya yakni sebesar 3,17 persen (yoy).
Sementara itu, volume penjualan properti residensial juga mengalami peningkatan sebesar 2,58 persen (qtq), walaupun masih melambat jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya sebesar 3,61 persen (qtq), yang sejalan dengan masih terbatasnya permintaan terhadap rumah hunian, di samping faktor suku bunga KPR yang masih relatif tinggi.
Sebagian besar pengembang yakni 56,75 persen menyatakan bahwa dana internal perusahaan masih menjadi sumber utama pembiayaan pembangunan properti residensial. Sementara sebanyak 76,42 persen konsumen menyatakan bahwa fasilitas KPR masih menjadi pilihan utama dalam melakukan transaksi pembelian properti residensial. (*)