Jakarta – PT Bank Maybank Indonesia, Tbk. (BNII) mencatatkan laba sebelum pajak (PBT) senilai Rp1,66 triliun kuartal III-2023. Catatan tersebut melonjak 11,8 persen dari Rp1,48 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Presiden Direktur Maybank Indonesia Taswin Zakaria mengatakan, Maybank Indonesia tetap berkomitmen untuk terus memberikan pengalaman perbankan terbaik kepada nasabah, dan pada saat yang sama mampu mencatat kinerja yang kuat di seluruh segmen bisnis bank, serta kualitas aset yang terus membaik.
“Perekonomian Indonesia pada sembilan bulan pertama 2023 terus menunjukkan tren positif, didorong oleh pasar domestik yang menguat. Faktor ini telah turut mendorong pertumbuhan yang kuat pada portofolio bisnis kredit ritel dan kredit segmen SME (Small Medium Enterprise) kami,” katanya, dalam keterangan resmi, Rabu (1/10).
Baca juga: Naik 15 Persen, BNI Cetak Laba Rp15,8 Triliun di Kuartal III-2023
Ke depan, pihaknya berupaya untuk dapat mendorong pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan dengan berfokus pada peningkatan fundamental dan mengakselerasi kapabilitas layanan digital untuk mempercepat penyediaan solusi bagi nasabah ritel maupun SME.
Selain itu lanjut Taswin, Maybank Indonesia akan terus memperkuat posisi di industri perbankan syariah, khususnya melalui keberagaman solusi Shariah Wealth Management.
Menilik laporan keuangan perusahaan, pertumbuhan positif PBT disokong oleh membaiknya pendapatan dari komposisi pembiayaan, terutama pembiayaan ritel dan Retail Small-Medium Enterprise (RSME) seiring dengan meningkatnya konsumsi masyarakat.
Adapun, biaya provisi menurun didukung kualitas aset yang membaik seiring dengan kondisi perekonomian yang stabil.
Dari sisi Net Interest Income (NII), bank mencatat terjadi peningkatan sebesar 4,8% seiring dengan membaiknya pendapatan yang didorong oleh kenaikan saldo rata-rata kredit (average loan balances) sebesar 4.0 persen.
Demikian juga, Marjin Bunga Bersih (Net Interest Margin/ NIM) menguat sebesar 23 bps menjadi 5,0 persen pada September 2023. Bank membukukan Laba Setelah Pajak dan Kepentingan Non-Pengendali (PATAMI) sebesar 17,1 persen menjadi Rp1,25 triliun dari Rp1,06 triliun tahun lalu.
Bank juga mencatat pertumbuhan pendapatan fee dari Global Markets sebesar 60,4 persen menjadi Rp139 miliar dari Rp86 miliar pada sembilan bulan di 2023.
Selain itu, bank turut mencatat pertumbuhan pendapatan fee selain Global Markets sebesar 4,7 persen menjadi Rp1,29 triliun dari Rp1,23 triliun yakni dari pendapatan fee asset recovery (Bank saja) sebesar lebih dari 5 (lima) kali lipat menjadi Rp261 miliar dan fee terkait kartu kredit yang tumbuh 18,8 persen serta pertumbuhan pada fee terkait pembiayaan dan bisnis ritel.
Dengan demikian, maka total pendapatan fee-based yang tercatat oleh Bank tumbuh 8,3 persen menjadi Rp1,43 triliun dari Rp1,32 triliun.
Baca juga: Bank OCBC NISP Bukukan Laba Rp3,05 Triliun di Kuartal III 2023
Perekonomian yang stabil serta membaiknya daya beli masyarakat pada sembilan bulan di 2023 telah mendorong pertumbuhan aset Bank sebesar 3,2 persen menjadi Rp170.05 triliun. Pertumbuhan ini juga didukung oleh meningkatnya penempatan pada investasi keuangan sebesar 16,7 persen menjadi Rp35,74 triliun dari Rp30,63 triliun.
Dari sisi kredit, Maybank Indonesia berhasil menjalankan fungsi intermediasi dengan baik. Di mana, berhasil membukukan pertumbuhan kredit Community Financial Services (CFS) untuk segmen Ritel dan Non- ritel sebesar 8,9 persen menjadi Rp71,70 triliun dari Rp65,81 triliun Y-o-Y dan tetap tumbuh 3,3 persen Q-o-Q.
Kredit CFS segmen Ritel tumbuh 13,3 persen menjadi Rp42,75 triliun dari Rp37,74 triliun utamanya dari pembiayaan otomotif anak perusahaan yang tumbuh 23,9 persen serta bisnis kartu kredit & KTA tumbuh 21,5 persen. Segmen CFS Ritel ini juga membukukan pertumbuhan sebesar 3,0 persen Q-o-Q.
Selain itu, bank berhasil memanfaatkan momentum pertumbuhan pada segmen usaha kecil dan menengah, yakni kredit CFS segmen Non-ritel yang tumbuh 3,1 persen menjadi Rp28,95 triliun dari Rp28,07 triliun.
Kredit segmen RSME membukukan pertumbuhan yang lebih tinggi, yakni 6,2 persen menjadi Rp13,39 triliun dari Rp12,61 triliun, dan kredit komersil yang diklasifikasikan oleh Bank sebagai Business Banking, yang juga tumbuh 2,6 persen menjadi Rp10,58 triliun dari Rp10,31 triliun.
Namun kredit segmen SME yang diklasifikasikan oleh Bank sebagai SME+ turun 2,3 persen di tengah persaingan yang ketat pada segmen tersebut.
Kredit CFS segmen Non-ritel tumbuh 3,7 persen Q-o-Q ditopang oleh pertumbuhan kredit segmen RSME sebesar 5,4 persen Q-o-Q dan Business Banking sebesar 2,6 persen Q-o-Q. Bank berupaya agar momentum pertumbuhan kredit segmen non-ritel masih dapat terus berlangsung pada kuartal selanjutnya.
Terjadi penyesuaian pada portofolio kredit korporasi, diantaranya re-profiling pembiayaan dan persaingan pasar yang ketat sehingga segmen Global Banking turun 10,8% Y-o-Y.
Namun demikian, pertumbuhan positif pada segmen ritel dan non-ritel telah mampu mengimbangi penurunan pada segmen tersebut, sehingga total kredit yang disalurkan Bank secara keseluruhan meningkat hampir 1 persen menjadi Rp112,42 triliun pada sembilan bulan pertama 2023 dari Rp111,45 triliun.
Adapun, Total simpanan nasabah tumbuh 7,0 persen menjadi Rp114,50 triliun dari Rp107,00 triliun, dengan peningkatan simpanan Deposito Berjangka sebesar 12,9 persen menyusul tren simpanan dari kuartal sebelumnya.
Simpanan Giro dan Tabungan (CASA) naik 1,5 persen dengan pertumbuhan Giro sebesar 4,5 persen, sedangkan Tabungan turun 2,8 persen. Rasio CASA tercatat sebesar 49,1 persen pada September 2023.
Biaya overhead tercatat sebesar Rp4,42 triliun, naik 6,0 persen didorong oleh upaya Bank dalam memperkuat kapabilitas sumber daya manusia agar siap menghadapi kompetisi di masa depan (future ready) serta peningkatan produktivitas bisnis melalui perekrutan dan pelatihan.
Baca juga: Laba BSI Naik 31,04 Persen di Kuartal III-2023 jadi Segini
Selain itu, bank juga memodernisasi infrastruktur TI dan keamanan siber, selaras dengan penerapan strategi M25+.
Beban provisi turun 6,9 persen seiring dengan membaiknya kualitas aset, didukung upaya pemantauan yang ketat dan pengendalian penyaluran kredit, serta iklim bisnis yang lebih baik.
Saldo NPL turun 4,4 persen dan rasio Loan at Risk (Bank saja) membaik menjadi 10,7 persen pada September 2023 dari 13,4% pada September 2022.
Rasio Non Performing Loan/NPL konsolidasi membaik menjadi 3,2 persen (gross) dan 2,1 persen (net) dari 3,5 persen (gross) dan 2,5 persen (net).
Permodalan tetap kuat dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar 28,2 persen dengan modal sebesar Rp29,13 triliun. (*)