London – Perbankan adalah sektor yang cukup mendapat perhatian kala krisis melanda. Krisis ekonomi atau sering disebut krisis Turki yang menimpa Turki dan Argentina ini rupanya juga tak terkecuali, telah memberi dampak negatif terhadap beberapa bank.
Seperti diketahui, mata uang Turki, Lira, mengalami pukulan yang cukup telak beberapa waktu terakhir. Dan krisis yang melanda Argentina telah memaksa pemerintahnya meminta percepatan pencairan pinjaman IMF sebesar US$50 miliar. Dan krisis Turki yang menjadi krisis global ini diakui dapat dengan cepat menyebar ke Negara lain melalui hubungan dagang atau pinjaman bank.
Ketika suatu bank di suatu Negara memiliki aset bermasalah di negera lain otomatis akan menggangu kinerja bank. Masalah ekonomi dapat menyebabkan nilai aset ini jatuh. Nah, ketika hal ini terjadi maka investor akan khawatir dengan bagaimana bank dapat mengatasi penurunan nilai aset. Kemudian bagaimana hal tersebut akan mempengaruhi kemampuan bank untuk memberikan pinjaman.
Kekhawatiran akan krisis Turki yang kini membebani saham bank Eropa baru-baru ini, yakni kekhawatiran tentang berapa besar atau berapa banyak aset Turki yang mereka miliki.
Dikutip dari Financial Times, ada sejumlah bank yang memiliki bisnis yang signifikan di Turki, diantaranya, BBVA-Spanyol, UniCredit-Italia, dan BNP Paribas-Prancis.
Menurut laporan Bank for International Settlements, bank-bank Spanyol adalah bank-bank yang paling terbuka untuk Turki. Bank-bank Spanyol memiliki sekitar 81 miliar euro aset Turki. Selain bank-bank Spanyol, bank-bank Perancis juga memiliki aset Turki dengan eksposure mencapai 35 miliar euro.
Biswas, Ekonom dari Bank for International Settlements, seperti dikutip dari BBC Nes mengatakan, eksposur bank-bank Asia terhadap Turki terbatas, tidak seperti bank-bank Eropa.
“Sektor perbankan di negara-negara Asia, tidak mengalami eksposur yang serius seperti layaknya bank-bank Eropa” pungkas Biswas. (*)