Jakarta – Presiden AS Joe Biden memberi peringatan kepada Israel untuk tidak membombardir kota Rafah yang pada penduduk di jalur Gaza. Sebab, operasi darat tersebut akan memperdalam krisis kemanusiaan di wilayah kantong yang terkepung tersebut.
Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan mengatakan, Gedung Putih telah menyampaikan langsung kepada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bahwa serangan besar-besaran terhadap Rafah adalah sebuah kesalahan.
“Hal ini akan menyebabkan lebih banyak kematian warga sipil yang tidak bersalah, memperburuk krisis kemanusiaan yang sudah mengerikan, memperdalam anarki di Gaza dan semakin mengisolasi Israel secara internasional,” kata Sullivan, dinukil laman Al Jazeera, Rabu (19/3).
Baca juga : 62 Persen Warga AS Menentang Pengiriman Senjata ke Israel
Menurut Sullivan, Presiden AS Joe Biden melalui panggilan telepon meminta Netanyahu untuk mengirim tim intelijen dan pejabat militer ke Washington, DC, untuk mendengarkan kekhawatiran tentang potensi invasi ke Rafah.
Sepanjang perang, Israel telah memerintahkan warga sipil Palestina di Gaza untuk pindah ke selatan saat mereka menyerbu wilayah tersebut dari utara.
Banyak warga yang mula-mula mengungsi ke bagian tengah daerah kantong dan kemudian pindah ke kota selatan Khan Younis. Mereka akhirnya terpaksa mengungsi lagi ke Rafah, yang terletak di perbatasan Mesir.
Selama lima bulan terakhir, populasi Rafah telah membengkak menjadi lebih dari 1,5 juta orang, naik dari sekitar 300.000 orang sebelum perang.
Baca juga : Saling Serang, 4 Orang Tewas dalam Konflik Israel-Hizbullah
Para pemimpin Israel telah berulang kali menyatakan niat mereka untuk menyerang Rafah, yang merupakan pusat utama bantuan kemanusiaan yang datang melalui perbatasan Mesir.
Namun para ahli PBB telah memperingatkan akan terjadinya kelaparan di wilayah tersebut. Dan negara-negara Barat, termasuk sekutu Israel di Eropa, telah memperingatkan negara tersebut agar tidak menyerang Rafah.
Pada hari Senin, AS dengan jelas bergabung dalam seruan tersebut. Sullivan mengatakan bahwa warga Palestina di Rafah tidak punya tempat lain untuk pergi.
“Kota-kota besar lainnya di Gaza sebagian besar telah hancur, dan Israel belum memberikan kepada kita atau dunia rencana mengenai bagaimana atau ke mana mereka akan memindahkan warga sipil dengan aman – apalagi memberi makan dan menampung mereka serta menjamin akses terhadap hal-hal dasar seperti sanitasi,” bebernya.
Menurutnya, Biden menegaskan kembali kepada Netanyahu komitmennya yang mendalam terhadap keamanan Israel. Namun dia kemudian mengkritik upaya perang Israel.
Netanyahu dan Biden secara teratur berbicara melalui telepon sejak 7 Oktober, namun kedua pemimpin tersebut dilaporkan memiliki hubungan yang buruk, meskipun presiden AS tersebut memberikan dukungan tanpa syarat kepada Israel.