Jakarta – PT Bank Syariah Indonesia (BSI) Tbk, telah mempersiapkan sejumlah strategi untuk menghadapi tantangan ekonomi akibat dari krisis global yang diperkirakan akan terjadi di tahun depan.
“Sedia payung sebelum hujan kan gitu, maknanya dalam ya kita tahu krisis akan datang di depan mata kita di tahun depan dan kita sudah mengerti bahwa krisis global ini pasti banyak atau sedikit terdampak membawa dampak kepada Indonesia,” ucap Direktur Utama BSI, Hery Gunardi dalam Webinar ‘Kiprah LPS dalam Stabilisasi dan Penguatan Sektor Keuangan’ yang digelar Infobank bersama LPS, di Jakarta, 6 Oktober 2022.
Ia mengatakan bahwa strategi yang diutamakan dalam menghadapi krisis global nantinya adalah dengan menjaga likuiditas perbankan dan membangun funding franchise.
“Liquidity is a king kita harus jaga itu, kita sekarang bersiap-siap untuk membangun funding franchise kita agar bisa mampu mengkolek sebanyak mungkin dana murah seperti tabungan dan juga giro,” imbuhnya.
Kemudian, terkait dengan kenaikan suku bunga Bank Indonesia (BI) yang hingga September 2022 telah mencapai 4,25% juga turut membuat industri perbankan bergerak untuk menaikan suku bunganya.
“Sekarang pertarungan hampir semua bank papan atas itu sudah bergerak suku bunga, ini kan masalah supply dan demand ya, jadi artinya memang kita harus menyikapi dengan bijaksana agar tidak terjadi perang ya di market,” ujar Hery.
Hery juga menyampaikan bahwa dalam hal ini industri perbankan syariah tidak perlu terlalu khawatir, karena dengan penduduk muslim sebanyak 220 juta, Indonesia masih memiliki potensi value chain halal hingga Rp4.300 triliun.
Adapun, BSI turut memperkuat industri perbankan syariah melalui, mendominasi pertumbuhan yang cepat, berfokus pada segmen yang memiliki pendapatan tinggi dan kualitas yang baik, mendorong digitalisasi, menjaga cost of fund, serta mengurangi organic bisnis yang kurang berkembang. (*) Khoirifa