Jakarta – Bank Indonesia (BI) mencatat, kredit perbankan tumbuh meIambat pada September 2019. Berdasarkan data Uang Beredar Bank Indonesia periode September 2019 penyaluran kredit telah mencapai Rp5.548,1 triliun, tumbuh 8,0 year on year (yoy) atau melambat dari 8,7% (yoy) pada bulan lalu.
Dalam laporan tersebut dijelaskan, perlambatan penyaluran kredit utamanya disebabkan oleh debitur korporasi. Kredit kepada korporasi meIambat dari 9,4% (yoy) pada bulan sebelumnya menjadi 8,1% (yoy) pada September 2019.
Perlambatan pertumbuhan kredit juga terjadi pada jenis penggunaan modal kerja dan konsumsi. Sementara pada Kredit modal kerja (KMK) mengalami perlambatan, dari 7,5% (yoy) menjadi 6,1 % (yoy) pada September 2019 terutama pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) serta sektor industri pengolahan.
Sedangkan KMK sektor PHR melambat dari 6,0% (yoy) menjadi 5,0% (yoy) pada September 2019 terutama kredit yang disalurkan untuk subsektor perdagangan eceran makanan, minuman, atau tembakau di DKI Jakarta dan Lampung. Untuk KMK kepada sektor industri pengolahan juga mengalami perlambatan, dari 11,2% (yoy) menjadi 7,2% (yoy) khususnya pada subsektor industri pengilangan minyak bumi, pengolahan gas bumi di wilayah Kalimantan Selatan.
Untuk Kredit Konsumsi (KK) sendiri pada September 2019 sedikit meIambat, dari 7,0% (yoy) menjadi 6,9% (yoy), terutama disebabkan oleh perlambatan kredit pemilikan rumah (KPR) dan kredit kendaraan bermotor (KKB). Sementara pada sektor KPR pada September 2019 juga teelihat melambat sebesar 10,8% (yoy), dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 11,3% (yoy), terutama karena perlambatan KPR tipe di atas 70 di wilayah DKI Jakarta dan Jawa Timur.
Kondisi tersebut juga teejadi pada KKB yang tercatat melambat, dari 3,1% (yoy) pada Agustus 2019 menjadi 1,0% (yoy) disebabkan oleh perlambatan kredit pada kendaraan roda empat di wilayah DKI Jakarta dan Jawa Barat. Di sisi lain, kredit multiguna meningkat, dari 9,5% (yoy) pada Agustus 2019 menjadi 9,8% (yoy).
Sementara itu, Kredit Investasi (KI) mengalami peningkatan, dari 12,7% (yoy) pada bulan Agustus 2019 menjadi 13,0% (yoy) terutama berasal dari sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan serta sektor industri pengolahan.
Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan meningkat 8,4% (yoy), Iebih tinggi dari bulan sebelumnya sebesar 7,8% (yoy) yang disebabkan oleh kenaikan kredit di subsektor pertanian padi. Sementara itu, peningkatan pada sektor industri pengolahan didorong khususnya oleh subsektor industri semen, kapur dan gips, serta barang-barang dari semen, dan kapur.
Selain itu, untuk Kredit properti pada September 2019 tercatat sebesar Rp1.025,3 triliun, melambat dibandingkan bulan sebelumnya, dari 15,3% (yoy) pada Agustus 2019 menjadi 15,2% (yoy) pada September 2019 disebabkan oleh perlambatan kredit KPR dan KPA.
Pertumbuhan KPR dan KPA melambat, dari 11,3% (yoy) menjadi 10,8% (yoy) pada September 2019. Di sisi lain, kredit real estate dan kredit konstruksi meningkat, masing-masing dari 7,3% (yoy) dan 25,7% (yoy) menjadi 7,6% (yoy) dan 26,0% (yoy) pada September 2019.
Sejalan dengan perlambatan kredit, penyaluran kredit kepada sektor UMKM pada September 2019 melambat dibandingkan bulan sebelumnya, dari 13,3% (yoy) menjadi 12,3% (yoy). Perlambatan pertumbuhan kredit UMKM disebabkan oleh perlambatan pada kredit skala menengah yang melambat dari 13,2% menjadi 10,7% (yoy).
Di sisi lain, kredit skala usaha mikro dan kecil masing-masing meningkat sebesar 15,8% (yoy) dan 11.9% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 15,4% (yoy) dan 11,8% (yoy). Berdasarkan jenis penggunaannya, terjadi perlambatan pada kredit UMKM jenis penggunaan investasi maupun modal kerja. (*)
Editor: Rezkiana Np