Jakarta – Memiliki bisnis yang lengkap dan melayani segmen nasabah yang lebih luas pasca penggabungan usaha dengan PT Bank Sumitomo Mitsui Indonesia (SMBCI), PT Bank BTPN Tbk kembali mencatatkan kinerja yang positif.
Sampai dengan kuartal III-2019, Bank BTPN menyalurkan kredit sebesar Rp140,6 triliun atau tumbuh 107% dari posisi yang sama tahun sebelumnya senilai Rp67,8 triliun.
Seiring pertumbuhan yang baik, Bank BTPN konsisten menjaga penyaluran kredit tetap sehat dan mengedepankan prinsip kehati-hatian, tercermin pada rasio kredit bermasalah (non-performing loan) sebesar 0,8% (gross).
Direktur Utama Bank BTPN Ongki Wanadjati Dana menjelaskan penyaluran kredit sampai dengan kuartal III-2019 sebagian besar ditopang dari pembiayaan korporasi, kredit usaha kecil dan menengah (UKM), pembiayaan konsumer, serta pembiayaan prasejahtera produktif melalui anak usaha, BTPN Syariah.
“Fokus kami melayani segmen nasabah yang lebih luas dari existing business, dan telah membuahkan pertumbuhan kredit yang baik. Pencapaian ini patut kami syukuri mengingat perusahaan masih dalam tahap konsolidasi pascamerger,” ungkapnya.
Untuk segmen korporasi, Bank BTPN menyalurkan pembiayaan melalui sejumlah sindikasi untuk proyek infrastruktur ataupun pinjaman secara bilateral ke perusahaan swasta nasional, badan usaha milik negara (BUMN), industri otomotif, hingga perusahaan yang bergerak di bidang ekspor impor.
“Pembiayaan ke segmen korporasi dan industri pendukungnya masih memiliki ruang pertumbuhan cukup menjanjikan. Kami berkomitmen tinggi untuk mengembangkan segmen ini, sejalan dengan agenda pemegang saham pengendali kami (Sumitomo Mitsui Banking Corporation/SMBC) dalam mendukung program pemerintah mewujudkan pemerataan kesejahteraan serta pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” katanya.
Selain ekspansi ke segmen korporasi dan industri pendukungnya, Bank BTPN juga konsisten mengembangkan Jenius sebagai platform untuk melayani segmen nasabah yang lebih luas sekaligus memenuhi kebutuhan para pelaku ekonomi digital. Pada tahun ini Jenius telah menghadirkan berbagai fitur unik untuk mengelola life finance penggunanya di antaranya Jenius Keyboard yang memungkinkan akses Jenius lebih mudah dan cepat melalui keyboard smartphone; saldo mata uang asing dengan pilihan mata uang dolar Amerika Serikat (USD), Singapura (SGD), yen Jepang (JPY), dan poundsterling Inggris (GBP), serta Flexi Cash, yaitu pinjaman dana siaga yang bisa ditarik kapan saja sesuai kebutuhan pengguna.
Hingga akhir September 2019, jumlah pengguna terdaftar Jenius telah mencapai lebih dari 2 juta nasabah, tumbuh 148% dari periode yang sama tahun lalu.
“Sebagai pionir di bank digital, Jenius akan terus berinovasi dalam menghadirkan fitur-fitur baru yang unik dan relevan dengan kebutuhan nasabah. Konsistensi ini akan kami jaga karena kami percaya platform ini bakal memainkan peran penting dalam pengembangan bisnis ritel Bank BTPN di masa depan,” kata Ongki.
Untuk menyeimbangkan laju pertumbuhan kredit, Bank BTPN menghimpun pendanaan senilai Rp 145,7 triliun sampai dengan kuartal III-2019, meningkat 88% dari periode yang sama tahun lalu.
Jumlah pendanaan tersebut terdiri dari dana pihak ketiga senilai Rp98,3 triliun, pinjaman dari pihak lain senilai Rp41,2 triliun, serta pinjaman subordinasi senilai Rp6,2 triliun.
Dengan realisasi penyaluran kredit dan pendanaan tersebut, rasio pinjaman terhadap pendanaan (loan to funding ratio/LFR) Bank BTPN mencapai 96,5%.
Sebagai salah satu langkah diversifikasi sumber pendanaan, Bank BTPN berencana melakukan penawaran umum berkelanjutan obligasi IV tahap I tahun 2019 dengan target dana Rp 1 triliun. Dana yang dihimpun dari penawaran obligasi ini akan digunakan seluruhnya untuk ekspansi kredit.
Sampai akhir September 2019, aset Bank BTPN tumbuh 86% menjadi Rp182,2 triliun (year on year/yoy) dengan rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) sebesar 24,4%. Adapun laba bersih setelah pajak (NPAT) meningkat 20% menjadi Rp1,9 triliun.
“Dengan permodalan yang kuat dan dukungan global dari SMBC, kami meyakini pencapaian ini semakin memotivasi kami untuk berkontribusi lebih banyak bagi perekonomian dan pembangunan nasional,” tutup Ongki.
(*)