Jakarta – PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) optimis hingga akhir tahun 2023 ini dapat menjaga pertumbuhan kredit di angka double digit. Pasalnya, Kredit Pemilikan Rumah (KPR) masih menjadi penopang kinerja Bank dengan kode emiten BBTN ini.
Adanya insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) terutama untuk sektor perumahan, diklaim akan menjadi penyumbang kinerja positif perseroan. Apalagi para analis memproyeksikan kinerja BTN masih dapat mencapai target atau senilai Rp3,2 triliun.
Baca juga: Insentif Pembebasan PPN Rumah Bakal Dongkrak KPR BTN Hingga Double Digit
Direktur Finance Bank BTN Nofry Rony Poetra menjelaskan lebih dari 90% portofolio KPR BTN masih didominasi oleh rumah dengan harga di bawah Rp2 miliar, termasuk di dalamnya yakni segmen rumah murah. Selain fokus menyalurkan KPR Subsidi, Bank BTN juga intens menyasar KPR Non-Subsidi yang membidik segmen emerging affluent.
Berdasarkan data Bloomberg, konsensus analis memproyeksikan laba bersih BBTN dapat mencapai Rp3,2 triliun ditopang Net Interest Margin (NIM) yang mencapai 4,0%. “ROE [Return on Equity] diperkirakan menyentuh angka 11,7% pada akhir 2023,” demikian dikutip Bloomberg, Selasa, 7 November 2023.
Sementara itu, Analis Yuanta Sekuritas Indonesia Yap Swie Cu pun menuliskan kinerja Bank BTN diyakini masih on track. Salah satu penyumbangnya, yakni strategi kredit high-yield.
Baca juga: Genjot Pangsa Pasar KPR Non Subsidi, Begini Strategi BTN
Senada, Head of Research Sucor Sekuritas, Edward Lowis memproyeksikan, BTN masih akan mencatatkan laba di level Rp3 triliun pada akhir 2023. Salah satu penopang proyeksi tersebut yakni peningkatan kredit yang masih akan berlanjut di tahun ini dan mencapai pertumbuhan sebesar 10%. “Kami masih mempertahankan rekomendasi beli,” tulisnya.
Di sisi lain, insentif selanjutnya yaitu pemberian Bantuan Biaya Administrasi (BBA) sebesar Rp4 juta bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) saat membeli rumah subsidi. Pemerintah juga menaikkan batas harga rumah yang bisa dibeli MBR dan memperoleh pembebasan PPN menjadi Rp 350 juta, baik rumah tapak maupun rumah susun.
Menurut Nofry, hal ini akan menguntungkan Bank BTN, karena BTN merupakan kontributor utama dalam pembiayaan perumahan, khususnya KPR subsidi dengan market share yang mencapai 83% untuk penyaluran KPR Subsidi. Dengan adanya insentif BBA ini akan meningkatkan potensi realisasi KPR Subsidi lebih banyak lagi ke depannya.
“Hingga Agustus 2023, kami mencatatkan portfolio KPR baik Subsidi maupun Non-Subsidi tumbuh double digit di atas 10%. Dengan ada insentif tersebut, kami optimistis tren pertumbuhan KPR masih berlanjut hingga akhir 2024,” ucap Nofry. (*)