Jakarta – Di tengah permintaan kredit yang masih belum sepenuhnya pulih, PT Bank Central Asia masih mampu mencatatkan pertumbuhan. Pengucuran kredit BCA naik sebesar 7,3% menjadi Rp416 triliun di sepanjang 2016. Pertumbuhan ditopang oleh segmen kredit korporasi dan konsumer.
Demikian disampaikan oleh Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja, di Jakarta, Senin, 13 Maret 2017. Ia menjelaskan, BCA terus berupaya mengoptimalkan penyerapan kredit VA tumbuh di semua segmen dan menawarkan tingkat suku bunga yang kompetitif kepada debitur Bank.
Dia merincikan, untuk kredit korporasi mengalami pertumbuhan sebesar 9,6% menjadi Rp154,9 triliun pada akhir tahun 2016. pencairan kredit korporasi yang cukup tinggi pada kuartal terakhir tahun 2016, tambahnya, lebih disebabkan oleh siklus peningkatan permintaan kredit pada akhir tahun.
Kredit konsumer mengalami pertumbuhan 9% menjadi Rp109,6 triliun yang didorong oleh produk-produk kredit konsumer yang kompetitif, seperti kredit pemilikan rumah (KPR) dan Kredit Kendaraan bermotor (KKB). KPR tercatat tumbuh 7,6% menjadi Rp64 triliun, sementara KKB naik 10,1% menjadi Rp34,8 triliun.
“Outstanding kartu kredit meningkat 13,7% menjadi Rp10,8 triliun. Dan untuk kredit komersial dan UKM 3,8% menjadi Rp151,9 triliun,” paparnya.
Kendati kredit BCA masih tumbuh positif, namun perseroan tetap menerapkan kehati-hatian dalam menyalurkan kreditnya. Sepanjang 2016, rasio kredit bermasalah (NPL) bruto pada level yang rendah yaitu 1,3%. Meskipun meningkat dari tahun sebelumnya yang sebesar 0,7%, akan tetapi rasio tersebut berada di bawah rata-rata industri perbankan yang berada pada level 2,9%.
Sepanjang 2016, BCA telah membentuk beban cadangan kredit bermasalah Rp4,5 triliun. Sehingga posisi cadangan kredit tercatat Rp12,5 triliun meningkat 38,5% dibandingkan tahun 2015. Dengan demikian rasio cadangan terhadap kredit bermasalah tercatat sebesar 229,4%. (*)