Jakarta–Pada 24 hingga 27 November 2015, para buruh melakukan aksi mogok nasional di berbagai wilayah di Indonesia. Menteri Perindustrian (Menperin) Saleh Husin menyayangkan sikap para buruh dan menganggap para buruh bertindak egois.
Dia mengungkapkan, para buruh yang melakukan demo, dianggap hanya mementingkan kepentingannya sendiri dan kelompoknya saat melakukan aksi mogok nasional. Padahal, di tengah kondisi perekonomian saat ini, para buruh juga harus memikirkan kondisi perusahaan.
Padahal, kata dia, banyak beberapa perusahaan yang tengah mengalami pasang surut akibat dampak dari perlambatan ekonomi nasional. “Demo diperbolehkan untuk menyuarakan aspirasi sesuai Undang-undang (UU), tapi seharusnya tidak mengganggu keberlangsungan jalannya produksi di perusahaan,” ujarnya di JCC, Senayan, Jakarta, 26 November 2015.
Lebih lanjut, Saleh menambahkan, apabila pabrik berhenti beroperasi, karena adanya mogok nasional ini, maka dampaknya juga akan berpengaruh ke para buruh yang nantinya ikut merasakan kerugian. Dimana gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) pastinya tidak akan terhindarkan.
Keputusan perusahaan untuk melakukan PHK tentu bukan tanpa alasan. Saleh menjelaskan, bahwa perusahaan pastinya lebih mengutamakan untuk membayar utang kepada perbankan dengan mengorbankan efisiensi di tenaga kerja, yakni dengan melakukan PHK.
“Jangan ego yang dikedepankan. Kita itu harus bersaing negara lain yang juga mau eksis di tahun mendatang. Ekonomi kita lagi melemah, produksi menurun, jadi kita harus jaga supaya jangan sampai perusahaan stop kegiatan produksinya,” tutup Saleh. (*) Rezkiana Nisaputra