Pelemahan daya beli menyebabkan penurunan konsumsi rumah tangga. Ria Martati
Jakarta–Hasil Survei Penjualan Eceran Bank Indonesia menunjukkan secara tahunan penjualan eceran pada Mei 2015 tumbuh melambat. Hal ini tercermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) Mei 2015 sebesar 179,7 atau hanya tumbuh 19,8% secara setahunan (yoy), lebih rendah dibandingkan April 2015 yang tumbuh 23,1%.
Pelambatan penjualan eceran tersebut terjadi pada hampir seluruh kelompok barang, dengan pelambatan terbesar pada kelompok peralatan informasi dan komunikasi. Secara regional, pelambatan penjualan eceran terjadi di beberapa kota dengan pelambatan terbesar di Jakarta.
Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengakui, pelambatan ekonomi menyebabkan penurunan konsumsi rumah tangga. “Konsumsi turun, ya karena ekonomi sedang melambat,” ucapnya di Jakarta, kemarin malam.
Hasil survei juga menunjukkan, kemungkinan pelambatan masih akan berlanjut di Juni. Tercermin dari perkiraan IPR Juni 2015 sebesar 182,2 atau tumbuh 18,5% secara setahunan, lebih rendah dari bulan Mei yang tumbuh 19,8%. Pelambatan penjualan eceran juga diperkirakan terjadi pada semua kelompok barang.
Menanggapi hasil survei penjualan eceran BI yang menunjukkan pelambatan, Gubernur Bank Indonesia Agus D.W. Martowardojo mengakui jika dilihat dari inflasi Juni yang terkendali, ini menunjukkan permintaan memang tidak terlalu kuat.
Pelemahan permintaan tersebut di satu sisi menurutnya perlu diwaspadai. Meski di sisi lain berarti mengarahkan inflasi sesuai target BI di 4%±1 tahun ini. “Memang kalau kemarin inflasi jauh terkendali di Juni, menunjukkan demand di Juni tidak terlalu kuat dan pencapaian inflasi kita di bawah prediksi itu ada kesan baik, tapi juga perlu diwaspadai,” jelasnya. (*)
@ria_martati