Oleh: Tim Biro Riset Infobank
DATO Sri Tahir punya komitmen besar mengembangkan PT Bank Mayapada Tbk (MAYA). Sejak sembilan tahun terakhir ini, setiap tahun, Dato Sri Tahir senantiasa menambah modal. April 2020 lalu, lewat right issue Dato Sri Tahir menambah modal Rp3,75 triliun. Dan, akan ditambah lagi Rp750 miliar hingga totalnya Rp4,5 triliun. Total modal dan cadangan Bank Mayapada saat ini Rp20,3 triliun. Bahkan hingga akhir tahun ini diperkirakan menjadi Rp21 triliun dengan capital adequacy ratio (CAR) 18 persen.
Ia tak menanggapi dan tidak mau mengomentari temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atas hasil audit Otoritas Jasa Keuangan (OJK), terhadap 7 bank. Sebab, menurutnya sudah diselesaikan, dan sudah tidak relevan lagi. Apalagi menyangkut administrasi dan operasional. “Jadi kita bicara yang lain saja, bicara komitmen saja membesarkan Bank Mayapada selama tiga puluh tahun ini,” kata Dato Sri Tahir kepada Infobank, di Jakarta belum lama ini.
Di tengah situasi terdampak Covid-19 ini, tidak banyak bank yang tambah modal. Bahkan, dalam tahun ini hingga Mei 2020, belum terdengar ada bank tambah modal. Padahal, modal menjadi sangat penting agar bank bisa tumbuh dengan sustainable dan punya daya tahan yang lebih kuat.
“Di tengah situasi ekonomi yang terdampak Covid-19, Saya selaku pemegang saham pengendali telah menambah modal Rp3,75 triliun. Dan, akan terus tambah modal lagi sebesar Rp750 miliar. Komitmen saya membesarkan Bank Mayapada sudah saya buktikan dengan menyetor modal,” ujar Dato Sri Tahir.
Komitmen Dato Sri Tahir dalam membesarkan Bank Mayapada tidak diragukan lagi. Bank yang lahir berkat Pakto-88 ini didirikanya dengan modal Rp10 miliar. Sejak sembilan tahun terakhir membesar dengan cepat, dan untuk itu Dato Tahir pun menambah modal. ”Setiap bank membesar, maka pemegang saham harus menambah modal. Sejak tahun 2010, setiap tahun saya menambah modal, karena itu komitmen saya sebagai pemegang saham utama,” lanjut Dato Sri Tahir.
Seperti diungkapkannya, tambahan modal pemegang saham akan meningkatkan daya tahan Bank Mayapada, yang tercermin dengan meningkatkan capital adequacy ratio (CAR). Itu artinya juga, Bank Mayapada punya kekuatan untuk melakukan ekspansi. ”Komitmen Tahir tidak main main, dan kongkrit, karena Bank Mayapada sudah lebih dari 30 tahun Saya besarkan, sekaligus Saya kelola dan menjaga dengan baik, hingga tumbuh seperti sekarang ini,” tambah Dato Sri Tahir serius.
Menurut data Biro Riset Infobank, sampai akhir April 2020, posisi capital adequacy ratio (CAR) Bank Mayapada berada pada posisi 17,9 persen. Atau, naik dibandingkan periode yang sama tahun 2019 lalu yang masih 14,56%. Jika dibandingkan akhir tahun 2019, posisi CAR nya juga masih lebih baik. Tahun lalu CAR nya pada angka 16,18 persen.
Nah, dengan penambahan modal hingga posisi modalnya Rp21 triliun akan meningkatkan CAR pada kisaran 18 persen. Jika dibandingkan dengan peer nya, CAR Bank Mayapada termasuk paling tinggi di Indonesia. Rata-rata CAR peer Bank Mayapada hanya kisaran 14-16 persen, bahkan ada yang di bawah itu, yaitu 12-14 persen.
Seperti diungkapkan Dato Sri Tahir, bahwa pihaknya dalam sembilan tahun terakhir selalu setor modal. Menurut catatan Biro Riset Infobank, tahun 2010 sampai tahun 2020 pemegang saham lewat mekanisme right issue, senantiasa menambah modal. Tahun 2010 sebesar Rp401,94 miliar, tahun 2011 Rp301,54 miliar, tahun 2012 Rp500,01 miliar dan tahun 2013 sebesar Rp651,53 miliar.
Tidak sampai di tahun itu saja. Tahun 2016 setoran modal Dato Sri Tahir makin besar. Masih menurut data Biro Riset Infobank, tahun 2016 menyetor Rp1,002 triliun, tahun 2017 Rp1 triliun, tahun 2018 Rp2,004 triliun dan Rp1,002 triliun di tahun 2019. Tahun ini lewat mekanisme righ issue totalnya Rp4,5 triliun dan Rp3,75 triliun sudah disetor April 2020 lalu. ”Saya punya komitmen besar terhadap Bank Mayapada, dan buktinya saya sudah setor modal,” ucap Dato Sri Tahir.
Calon Bank Jangkar
PT Bank Mayapada Tbk (MAYA), lahir atas berkah Pakto-88. Sudah 30 tahun ikut berkontribusi dalam pembangunan ekonomi di Indonesia. Kini, menurut data dari Biro Riset InfoBank, dengan aset per April 2020 Rp92,5 triliun, maka Bank Mayapada termasuk 15 bank terbesar di Indonesia di luar bank milik asing. Jika digabungkan dengan bank di Indonesia termasuk kepemilikan asing (di luar cabang bank asing), Bank Mayapada masuk kelompok 20 besar.
Posisi aset sebesar itu, atau naik dibandingkan periode sama tahun 2019 yang posisi asetnya Rp87,76 triliun. Dengan CAR sebesar 18 persen, seperti diungkapkan seorang analis, aset Bank Mayapada bisa mencapai Rp115 triliun sampai Rp125 triliun. Namun tahun ini dengan mempertahankan CAR sebesar itu asetnya bisa tembus angka Rp100 triliun.
Hal yang paling menarik dari Bank Mayapada, dengan posisinya yang masuk 15 bank terbesar, maka masuklah Bank Mayapada sebagai Bank Peserta. Bank Peserta menurut Peraturan Pemerintah Nomer 23 Tahun 2020 Tentang Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) adalah termasuk dalam kategori 15 bank beraset besar.
Nantinya, pemerintah dalam menempatkan dana yang ditujukan untuk memberi likuiditas kepada perbankan yang melakukan restrukturisasi kredit, pembiayaan, dan atau memberikan tambahan kredit (pasal 10 ayat 1). Nah, penembatan dana dilakukan kepada Bank Peserta.
Bank Peserta ini, oleh Infobank disebut “Bank Jangkar”. Lalu, Bank Peserta ini setidaknya 51 persen sahamnya dimiliki oleh Warga Negara Indonesia (WNI). Syarat lain, yang masuh “Bank Jangkar” ini merupakan bank sehat. Dan, dengan kriteria itu, Bank Mayapada masuk kriteria menjadi calon “Bank Jangkar” yang akan ditentukan Menteri Keuangan RI berdasarkan informasi Ketua Dewan Komisioner OJK.
Nah, tugas dari “Bank Jangkar” ini berfungsi menyediakan dana penyangga likuiditas bagi Bank Pelaksana yang membutuhkan dana. Pendeknya, pemerintah mengucurkan dana ke “Bank Jangkar”. Lalu, “Bank Jangkar” ini menyalurkan dana ke Bank Pelaksana. Tapi, syaratnya Bank Pelaksana ini juga harus sehat.
Jadi, Bank Mayapada termasuk Bank Jangkar jika mengacu pada kriteria PP Nomer 23 Tahun 2020. Beraset 15 besar, dimiliki oleh WNI dan dalam kondisi sehat. Dengan demikian, hasil audit BPK tahun 2019 lalu, sudah tidak ada relevansinya, karena tidak material dan menuru pejabat OJK sudah diselesaikan. ”Sudah diselesaikan lama, dan tidak ada masalah lagi, itu kan hanya administrasi dan operasional,” kata seorang pejabat OJK yang tidak mau disebut namanya kepada Infobank.
”Saya tegaskan, sekali lagi komitmen saya menjaga dan membesarkan Bank Mayapada sudah saya buktikan lewat setoran modal. Anda mencatat sendiri, selama sembilan tahun saya setor modal, hingga akhirnya modal Bank Mayapada menjadi Rp21 triliun,” kata Dato Sri Tahir mengakhiri pembicaraan dengan Infobank. (BiRI)