Jakarta – Kolaborasi menjadi kunci agar layanan perbankan semakin berfariatif dan juga aman. Selain berkolaborasi dengan berbagai platform digital seperti e-commerce, perbankan juga harus berkolaborasi dengan regulator untuk mengantisipasi tindak kejahatan cyber atau cyber crime.
Demikian hal tersebut seperti disampaikan oleh Direktur Digital, Teknologi Informasi, dan Operasi PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) Indra Utoyo saat menghadiri acara Seminar Infobank dengan tema Masih Amankah Menyimpan Dana di Bank Strategi Menangkal Cyber Crime”.
Indra menyebut, layanan digital BRI sedang berkembang pesat dimana 90% transaksi sudah melalui digital.
“Sekarang ini era semua conected. Sekarang di BRI 90 persen tansaksi sudah digital, 10 persen kantor cabang. Karena bri layani ke desa desa jadi masih ada human touch disini. Tapi kita trennya bergerak ke arah sana jadi harus ada arah kolaborasi,” kata Indra di Jakarta, Kamis 20 Febuari 2020.
Ia menambahkan, pada era indusrtri 4.0 ini layanan perbankan juga harus cepat. Selain cepat kordinasi peningkatan keamanan dengan regulator maupun pihak berwajib seperti kepolisian juga harus terus terjalin.
“Kita masuk ke environment di 4.0 kalau di finansial dari sisi pergerakan customer juga sudah bergerak,” tambah Indra.
Sebagai informasi, Bank BRI sendiri mengaku terus mengembangkan sektor IT dan digital miliknya untuk dapat melayani nasabahnya dengan baik. Oleh karena itu, BRI juga telah menyiapkan capex miliknya di IT kisaran Rp3,7 triliun pada 2020 atau tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya. (*)
Editor: Rezkiana Np