Kisah Alexandra Askandar dan Kunci Kesuksesan Wanita Menjadi Top Leader

Kisah Alexandra Askandar dan Kunci Kesuksesan Wanita Menjadi Top Leader

Jakarta – Di masa lampau, kepemimpinan perusahaan identik dengan laki-laki. Banyak prejudice yang membuat orang-orang berpikir, wanita tidak kompeten sebagai pemimpin.

Akan terlalu riskan jika meletakkan perempuan sebagai top brass alias petinggi perusahaan, yang nantinya akan mengharuskan mereka membuat banyak keputusan penting.

Namun, stigma-stigma seperti ini perlahan patah. Perlahan, perempuan-perempuan dengan kapabilitas mulai dipercaya menjadi salah satu bagian integral dari sebuah perusahaan.

Di Indonesia sendiri, ada banyak perempuan yang sudah menempati jajaran direksi. Salah satunya adalah Alexandra Askandar, Wakil Direktur Utama PT Bank Mandiri Persero (Bank Mandiri).

Sosok ini merupakan salah satu dari 500 perempuan yang berhasil menyabet penghargaan “Top 500 Most Outstanding Women 2024”. Ia menjadi bukti, bahwa perempuan juga bisa memimpin, berkarya, dan memberikan yang terbaik untuk orang-orang di sekitarnya.

Baca juga : Alexandra Askandar, Wadirut Bank Mandiri: Komitmen Keberlanjutan serta Mendorong Keberagaman, Kesetaraan, dan Inklusi

Pada akhir 2020 lalu, sosok yang akrab disapa dengan sebutan Xandra ini resmi dilantik oleh Menteri BUMN, Erick Thohir, di posisi ini. Tujuannya tidak lain adalah untuk melengkapi meningkatkan jumlah perempuan yang berada di jajaran petinggi perusahaan milik BUMN.

Meskipun begitu, bukan tanpa alasan Xandra diangkat menjadi orang nomor dua di Bank Mandiri. Ia dipilih karena kompetensinya. Hal inilah yang menurut Xandra, menjadi tolok ukur utama sebagai pemimpin.

“Saya terinspirasi oleh sebuah kutipan John C. Maxwell yang mengatakan, ‘Leadership is influence, nothing more, nothing less,’ dari bukunya The 21 Irrefutable Laws of Leadership. Kutipan ini memotivasi saya untuk terus berkarya secara optimal sehingga bisa menjadi contoh yang menggerakkan tim untuk mencapai tujuan yang lebih positif bersama-sama,” terang Xandra kepada Infobank pada Selasa, 6 Agustus 2024.

Terbukti, ketika Bank Pita kuning ini mendirikan unit Environmental, Social, and Governance (ESG), Xandra dianggap sebagai sosok yang tepat memimpin divisi ini. Di bawah kepemimpinannya, unit ESG bertujuan untuk memastikan implementasi aspek ESG ke dalam bisnis dan operasional.

Baca juga : Optimalkan Aset Berkualitas, Bank Mandiri Gelar Lelang Festival 2024

Perempuan kelahiran Medan, 1972 ini wajib memastikan mempercepat kesadaran dan aksi ramah lingkungan, serta mempromosikan pemberdayaan keberagaman, kesetaraan, dan inklusi (DEI).

Poin terakhir ini menjadi penting, mengingat banyak perusahaan yang belum menerapkan konsep DEI, khususnya terhadap perempuan. Beruntungnya, Bank Mandiri mempunyai ekosistem yang amat layak bagi pertumbuhan dan perkembangan karier wanita seperti Xandra.

“Di Bank Mandiri, kami mempromosikan kesetaraan gender dan memberikan hak yang sama kepada semua pegawai. Kami mendorong inklusivitas dengan berbagai inisiatif, seperti cuti menstruasi dan cuti melahirkan,” ungkap Xandra kepada Infobank, Selasa, 6 Agustus 2024.

Selain mendapat kesempatan dan kepercayaan, ekosistem seperti inilah yang sejatinya diperlukan untuk perempuan dalam karier mereka. Xandra mengungkapkan, Perempuan itu memiliki tanggung jawab besar baik di kantor maupun di rumah. Penting bagi kita untuk memastikan mereka mendapat fasilitas sesuai dengan kebutuhan, agar mereka merasa dihargai dan didengarkan.

Xandra percaya, bahwa wanita memiliki sifat-sifat yang bisa membuat mereka layak menjadi pemimpin. Perempuan dikenal dengan kemampuan dalam berempati, multitasking, mampu berkomunikasi secara efektif, serta punya ketahanan emosional yang bagus.

“Sifat-sifat inilah yang memiliki potensi besar bagi perempuan untuk menjadi pemimpin yang sukses dan memberikan kontribusi signifikan dalam berbagai bidang,”

Gaya kepemimpinan dari wanita yang merupakan anak dari bankir senior Askandar ini juga menonjolkan kekuatan perempuan sebagai leader. Xandra dikenal sebagai pemimpin yang aktif, seringkali mencoba melibatkan anggota tim dalam proses pengambilan keputusan, menghargai masukan bawahannya, dan mendorong kolaborasi dalam tim.

Benar adanya, bahwa perempuan memiliki tantangan yang lebih besar untuk bisa menjadi pemimpin. Xandra sendiri mengakui hal tersebut. Namun, bukan berarti hal ini tidak bisa dicapai. Ia yakin, kalau dengan usaha keras, semua perempuan bisa menjadi pemimpin hebat.

Sebagai penutup, Xandra berpesan kepada perempuan agar berani bermimpi besar, memperdalam pengetahuan, dan bekerja keras melampaui ekspektasi orang-orang. Karena, dengan tekad dan dedikasi yang kuat, wanita ini tidak hanya bisa mencapai tujuan pribadi, tetapi juga memberikan inspirasi bagi perempuan-perempuan lain.

“Saya ingin tutup dengan kutipan dari salah satu inspirasi saya, Malala Yousafzai sebagai aktivis pendidikan yang pernah mengatakan: ‘We cannot all succeed when half of us are held back’,” tutup Xandra. (*) Mohammad Adrianto Sukarso

Editor : Galih Pratama

Related Posts

News Update

Top News