Jakarta – Holding BUMN sektor aviasi dan pariwisata, PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero) atau InJourney berhasil meraih peringkat akhir (Final Rating) “idAAA/Stable Outlook”.
Capaian ini merupakan peringkat tertinggi dari penilaian tingkat kesehatan yang dilakukan oleh perusahaan pemeringkat nasional, Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo).
Peringkat akhir idAAA merefleksikan posisi kemampuan “Superior” InJourney untuk memenuhi komitmen keuangan jangka panjangnya yang relatif terhadap obligor Indonesia lainnya.
Mengacu kepada Kategori Penilaian Tingkat Kesehatan yang telah ditetapkan oleh Kementerian BUMN, atas penilaian tingkat kesehatan idAAA/Stable Outlook InJourney termasuk dalam klasifikasi “Sangat Sehat”.
Pemeringkatan tersebut diberikan oleh Pefindo berdasarkan data dan informasi perusahaan serta laporan keuangan audit per 31 Desember 2023.
Pefindo menyatakan bahwa peringkat idAAA dengan outlook stabil merefleksikan dukungan yang sangat kuat dari Pemerintah Indonesia, kualitas kredit yang kuat dari anak usaha di sektor aviasi, serta kuatnya segmen pariwisata di Indonesia khususnya pada produk dan aset yang berada di bawah kelolaan InJourney.
Baca juga: Balikkan Kerugian, InJourney Kini Cetak Laba Bersih Rp1,1 Triliun
Direktur Utama InJourney, Dony Oskaria mengatakan, peringkat yang diperoleh InJourney tersebut merefleksikan kinerja dan performa perusahaan yang solid sepanjang 2023.
“Ini sejalan dengan terus bangkitnya sektor pariwisata dan juga industri aviasi Indonesia, kami berharap InJourney terus membukukan kinerja yang baik sehingga peringkat ini dapat terus dipertahankan,” jelas Dony dalam keterangan resmi, 29 Juni 2024.
Dia melanjutkan, kinerja yang solid tersebut diraih seiring dengan upaya InJourney Group untuk bersinergi dalam menjalankan kegiatan bisnisnya serta didukung dengan semakin pulihnya industri pariwisata dan aviasi di Indonesia.
Kinerja Keuangan InJourney
Pada 2023, InJourney berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp1,1 triliun, yang berarti melonjak hingga 211 persen, dibandingkan tahun 2022 yang mengalami rugi Rp993 miliar. InJourney juga berhasil mencetak EBITDA Rp8,8 triliun, meningkat hingga 72 persen jika dibandingkan tahun 2023 yang sebesar Rp5,1 triliun.
Selain itu, InJourney juga membukukan pendapatan usaha sebesar Rp23,347 triliun, atau meningkat hingga 47 persen dibandingkan pendapatan usaha di 2022 yang mencapai Rp15,855 triliun.
Dari sektor aviasi yang dikelola di bawah InJourney berhasil menumbuhkan peningkatan trafik. Bandara di bawah pengelolaan InJourney Airports mengalami pertumbuhan trafik penumpang hingga 30 persen menjadi 150 juta, sementara pergerakan pesawat tumbuh 14 persen menjadi 1.212 ribu.
Kenaikan tersebut berdampak pada peningkatan pendapatan operasional hingga 47 persen menjadi Rp23,34 triliun. Sementara jumlah wisatawan tumbuh hingga 20 persen menjadi 4,05 juta wisatawan di tahun 2023.
Sementara, Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko InJourney, Yudi Rizkyardie Darun menambahkan, InJourney juga berfokus untuk memperkuat fondasi bisnis dan percepatan pemulihan pariwisata.
“Hal ini sejalan dengan dua peran utama yang dijalankan oleh InJourney sebagai value creator dan agent of development,” kata Yudi.
Pada 2023, lanjut Yudi, melalui peran aktif InJourney sebagai tourism orchestrator dan strategic holding, InJourney menjalankan langkah strategis Boosting Tourism Recovery dengan meningkatkan kolaborasi dengan key airlines untuk meningkatkan direct flight baik domestik dan internasional.
“Penguatan kinerja di sektor aviasi dan kebandarudaraan salah satunya dengan membentuk dua subholding yakni InJourney Airports dan InJourney Aviation Services,” ujarnya.
Baca juga: Menteri Sandiaga Beberkan Rancangan Pariwisata IKN, Seperti Apa?
Hal tersebut diyakini Yudi, dapat meningkatkan kolaborasi dengan stakeholder melalui pengembangan destinasi pariwisata serta penyelenggaraan event internasional, serta memperkuat fundamental keuangan dan kesehatan keuangan korporasi baik induk dan anak perusahaan.
“Ke depannya, kami telah menyusun sejumlah inisiatif strategi kepada anak perusahaan dalam rangka meningkatkan kinerja bisnis dan kinerja keuangan InJourney Group, khususnya peningkatan kunjungan wisatawan pelayanan pariwisata untuk memenuhi kebutuhan wisatawan yang optimal dengan tetap menjaga prinsip efektif dan efisiensi,” tutup Yudi. (*)